18 Juli 2025 | SIAPAKAH YESUS KRISTUS? | Series: Mengenal Yesus Kristus | Modul Pemuridan 365 hari

Siapakah Yesus?

Shalom, Puji nama Tuhan Yesus Kristus, bersyukur saudara-saudari yang terkasih CMNC's terus bertumbuh didalam pengenalan akan Allah yang benar melalui pengajaran dan kesaksian. 

Penulis bersyukur karena kasih karunia Allah, kita ada sebagaimana kita ada sekarang, dan kasih karunia yang diberikannya kepada gerejaNya tidak sia-sia. Penulis berdoa: Biarlah bertambah-tambah iman dan kasih kepada Allah dan seorang akan yang lain, serta menguduskan pribadi gerejaNya seutuhnya sehingga roh, jiwa, tubuhnya terpelihara sempurna.

Tuhan melayakkan gerejaNya bagi panggilan Kristus dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendak gerejaNya untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman. Supaya dalam nama Yesus, Tuhan kita dimuliakan didalam gerejaNya dan gerejaNya di dalam Kristus, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.

Biarlah Tuhan memberikan Roh hikmat dan wahyu mengajarkan gerejaNya untuk mengenal Allah dengan benar. Hari ini bukalah hati dan pikiran gereja Tuhan untuk belajar tentang:

Hari ke-18: Yesus Sang Hakim yang Adil

Kisah Para Rasul 17:31 (TB) Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati." 

Konteks Historis dan Kontekstual Kisah Para Rasul 17:31

Ayat ini diucapkan oleh Rasul Paulus dalam pidatonya di Areopagus, Athena, pusat filsafat dunia saat itu. Di tengah masyarakat yang menyembah banyak dewa dan berfilsafat tinggi, Paulus memperkenalkan konsep Tuhan yang Esa, yang bukan hanya pencipta, tetapi juga Hakim yang adil.

Orang-orang Athena terbiasa dengan konsep keadilan melalui filsafat Socrates, Plato, dan Aristoteles, namun mereka tidak mengenal keadilan eskatologis—penghakiman akhir oleh pribadi yang dibangkitkan dari kematian. Inilah keunikan Injil: Yesus bukan hanya menyampaikan kebenaran, tetapi menjadi standar dan pelaksana keadilan itu sendiri.

Relasi dengan Situasi Masa Kini

Di era modern ini, keadilan menjadi isu global:

Ketidakadilan struktural (diskriminasi, korupsi, ketimpangan ekonomi) masih merajalela.

Survey Gallup Global Law and Order 2023 mencatat bahwa lebih dari 70% populasi dunia merasa tidak percaya pada sistem hukum di negaranya.

Barna Group (2022) menyatakan bahwa generasi muda merindukan otoritas moral yang adil dan autentik, namun skeptis terhadap institusi keagamaan yang dianggap tidak konsisten.

Di tengah ketidakpercayaan ini, pesan bahwa "Yesus adalah Hakim yang adil" menjadi sangat relevan—karena keadilan-Nya tidak terkontaminasi oleh politik, uang, atau opini publik.

Pengajaran Yesus Sebagai Hakim yang Adil

Yesus tidak hanya mengajarkan kasih dan pengampunan, tetapi juga menegaskan akan adanya hari penghakiman:

Yohanes 5:22 (TB)  Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak,

Keadilan Allah diekspresikan dalam dua dimensi:

1. Keadilan retributif: memberikan kepada setiap orang menurut perbuatannya.

Definisi: Keadilan retributif adalah bentuk keadilan yang membalas perbuatan seseorang dengan setimpal, baik itu hukuman untuk yang bersalah atau ganjaran untuk yang benar. Dalam keadilan ini, ada konsekuensi yang adil berdasarkan tindakan yang dilakukan.

Roma 2:6 (TB)  Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,  

Roma 6:23 (TB) Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. 

Keadilan retributif mengajarkan bahwa:
  • Tuhan tidak membiarkan kejahatan berlalu tanpa hukuman.
  • Setiap dosa akan dibalas dengan adil, karena Allah adalah Allah yang kudus dan benar.
John Stott memberikan dasar penting bahwa: 
“Inti dari dosa adalah kita menggantikan Allah; inti dari keselamatan adalah Allah menggantikan kita.” (Salib Kristus)

Agustinus dari Hippo berkata:
“Allah bukan pencipta dosa, tetapi Ia adalah Hakim yang adil terhadap dosa. Ia tidak membiarkan dosa tanpa hukuman, sebab jika demikian, keadilan-Nya tidak lagi ilahi.”
(Confessions; Kota Allah)

Anselmus dari Canterbury menegaskan bahwa: 
“Engkau belum mempertimbangkan betapa beratnya dosa. Jika Allah hanya mengampuni tanpa pemenuhan keadilan, maka Ia tidak lagi adil.”
(Mengapa Allah Menjadi Manusia?)

2. Keadilan redemptif: memberi jalan keluar dari hukuman melalui pengorbanan Kristus (Yoh. 3:16-18).

Definisi: Keadilan redemptif adalah keadilan Allah yang menyelamatkan, di mana hukuman atas dosa tidak dihapuskan, tetapi dialihkan kepada Kristus. Ini adalah bentuk keadilan yang menebus manusia dari hukuman melalui kasih karunia.

Roma 6:23 (TB) Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. 

2 Korintus 5:21 (TB)  Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Yohanes 3:16 (TB)  Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Keadilan redemptif mengajarkan bahwa:
  • Tuhan tetap adil, karena dosa tetap dihukum.
  • Namun penghukuman itu ditanggung oleh Kristus, bukan oleh kita.
  • Keadilan ini memberikan kesempatan bagi manusia berdosa untuk menerima keselamatan, bukan karena perbuatan, tapi karena iman.
“Salib adalah pengadilan Allah terhadap dosa dan juga pangkuan kasih-Nya bagi orang berdosa.”

“Salib adalah pengadilan terhadap dosa dan pelukan kasih bagi orang berdosa.” — John Stott, The Cross of Christ

John Calvin menegaskan bahwa: “Allah mendamaikan kita dengan diri-Nya melalui Kristus, bukan dengan mengabaikan dosa kita, tetapi dengan memindahkan hukuman itu kepada-Nya.”
(Institusi Agama Kristen)

C. S. Lewis mengajarkan bahwa: 
“Allah akan menghakimi kita bukan hanya atas apa yang kita lakukan, tetapi juga atas apa yang seharusnya bisa kita lakukan. Namun, Hakim itu adalah Pribadi yang juga mati bagi kita.”
(Kekristenan yang Sejati)

Tim Keller menyimpulkan bahwa:
“Di salib, Yesus mengalami keadilan Allah supaya kita bisa mengalami kasih karunia-Nya. Salib adalah sekaligus ruang sidang dan takhta anugerah.” (Alasan untuk Percaya).

Apa dampak tindakan manusia yang TIDAK MENYADARI bahwa manusia akan pertanggungjawabkan di Hari Penghakiman kelak?

1. Hidup Tanpa Rasa Takut Akan Allah (Godlessness)

Ketika manusia tidak sadar atau menyangkal bahwa hidupnya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Yesus sebagai Hakim, maka:

Takut akan Tuhan hilang dan hidup sembarangan

Amsal 1:7 (TB)  Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. 

Mazmur 10:11 (VMD)  Mereka berkata dalam hati, “Allah telah melupakan kita. Ia tidak memperhatikan kita. Ia tidak akan pernah melihat apa yang kita lakukan.”

Dampaknya:
Hidup dijalani dengan sembarangan, tanpa batasan rohani atau moral yang kokoh.

2. Peningkatan Dosa dan Ketidakadilan Sosial

Tanpa kesadaran akan penghakiman Kristus:
  • Korupsi, kekerasan, ketidaksetiaan, dan penindasan meningkat.
  • Tidak ada rasa takut untuk menyakiti orang lain atau melanggar hukum Tuhan.
Pengkhotbah 8:11 (TB) Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat.

Realitas sosial:
Masyarakat yang tidak mengenal keadilan Allah akan membentuk sistem dunia yang penuh ketimpangan dan egoisme.

3. Kehilangan Makna Hidup dan Kekekalan

Jika seseorang tidak sadar bahwa hidupnya akan dipertanggungjawabkan:
  • Maka hidup hanya dianggap sebatas "yang penting bahagia sekarang".
  • Tidak ada nilai kekekalan, tidak ada urgensi hidup kudus.

Markus 8:36 (TB)  Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.

Dampaknya:
Hidup jadi dangkal dan konsumtif, tanpa arah surgawi atau pertobatan sejati.

4. Mengabaikan Kesempatan Anugerah

Tanpa kesadaran akan penghakiman:
  • Kabar Injil dianggap tidak penting.
  • Salib Kristus tidak dianggap sebagai kebutuhan, melainkan pilihan sekunder.
1 Tesalonika 5:2-3 (TB) karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.  
Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman — maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin — mereka pasti tidak akan luput.

Tragedi rohani:
Anugerah Yesus diabaikan, dan penghakiman datang bagi yang tidak siap.

5. Kekacauan Rohani dan Mental

Tanpa rasa pertanggungjawaban, banyak orang hidup dengan:
  • Hati nurani tumpul,
  • Mengandalkan diri sendiri,
  • Terjebak dalam kebohongan hidup yang sia-sia.

Roma 1:21, 25 (TB)  Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. 
Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.

Dampaknya:
Hidup terasa kosong meskipun penuh aktivitas—karena hilangnya kompas ilahi dalam batin.

Yesus Sebagai Hakim: Panggilan untuk Sadar dan Bertobat

Yesus bukan hanya Hakim yang akan datang, Dia adalah Juru Selamat hari ini. Ketika seseorang hidup dalam kesadaran bahwa semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Kristus, maka:
  • Ia akan hidup lebih berhikmat dan berhati-hati (Efesus 5:15–17),
  • Ia akan menyadari bahwa hidup ini singkat, dan kekekalan itu nyata,
  • Ia akan menyambut kasih karunia Kristus dengan kerendahan hati.
2 Korintus 5:10 (TB)  Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat. 

Refleksi Pribadi:

1. Apakah saya sungguh percaya bahwa suatu hari saya akan berdiri di hadapan takhta pengadilan Kristus?

2. Jika Yesus adalah Hakim yang adil, bagaimana seharusnya saya hidup setiap hari?

3. Apakah saya menyadari bahwa kasih karunia Kristus tidak menghapus keadilan-Nya, tetapi justru menggenapinya di salib?

4. Apakah ada dosa yang sedang saya sembunyikan, padahal saya tahu semuanya akan diungkapkan kelak?

5. Bagaimana pandangan saya terhadap keadilan — apakah saya masih membalas kejahatan dengan kejahatan, atau mempercayakan pembalasan kepada Tuhan?

Sumber Referensi :
  • Alkitab Terjemahan Baru (LAI)
  • Gallup Global Law and Order Report 2023
  • Barna Group – The Open Generation, 2022
  • John Stott – The Cross of Christ
  • Agustinus – Kota Allah
  • Anselmus – Mengapa Allah Menjadi Manusia?
  • John Calvin – Institusi Agama Kristen
  • C.S. Lewis – Kekristenan Sejati
  • Tim Keller – Alasan untuk Percaya
  • Wayne Grudem – Teologi Sistematik

Komentar