17 Juli 2025 | SIAPAKAH YESUS KRISTUS? | Series: Mengenal Yesus Kristus | Modul Pemuridan 365 hari

Siapakah Yesus?

Shalom, Puji nama Tuhan Yesus Kristus, bersyukur saudara-saudari yang terkasih CMNC's terus bertumbuh didalam pengenalan akan Allah yang benar melalui pengajaran dan kesaksian. 

Penulis bersyukur karena kasih karunia Allah, kita ada sebagaimana kita ada sekarang, dan kasih karunia yang diberikannya kepada gerejaNya tidak sia-sia. Penulis berdoa: Biarlah bertambah-tambah iman dan kasih kepada Allah dan seorang akan yang lain, serta menguduskan pribadi gerejaNya seutuhnya sehingga roh, jiwa, tubuhnya terpelihara sempurna.

Tuhan melayakkan gerejaNya bagi panggilan Kristus dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendak gerejaNya untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman. Supaya dalam nama Yesus, Tuhan kita dimuliakan didalam gerejaNya dan gerejaNya di dalam Kristus, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.

Biarlah Tuhan memberikan Roh hikmat dan wahyu mengajarkan gerejaNya untuk mengenal Allah dengan benar. Hari ini bukalah hati dan pikiran gereja Tuhan untuk belajar tentang:

Hari ke-17: Yesus Sang Guru yang Agung

Yohanes 13:13-14 (TB)  Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.

Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;

Pada zaman Yesus, seorang rabbi atau guru memiliki kedudukan yang sangat dihormati dalam masyarakat Yahudi. Murid-murid atau talmidim tidak hanya menerima pengajaran secara intelektual, tetapi mereka hidup bersama sang guru, mengamati dan meniru seluruh kehidupannya. Namun tidak ada rabi yang seperti Yesus.

Yesus bukan hanya mengajar kebenaran, tetapi Ia adalah kebenaran itu sendiri (Yohanes 14:6). Dalam Yohanes 13, menjelang kematian-Nya, Ia melakukan sesuatu yang mengejutkan: membasuh kaki murid-murid-Nya. Tindakan yang secara sosial hanya dilakukan oleh budak. Ia menunjukkan bahwa mengajar tidak cukup dengan kata-kata—harus melalui keteladanan hidup.

Generasi muda pada era sekarang, tidak butuh pengajar hebat semata. Mereka butuh pemimpin yang melayani, guru yang membasuh kaki, orang yang menghidupi apa yang mereka ajarkan. Krisis kepemimpinan rohani saat ini bukan kekurangan pengajaran, tapi kekurangan teladan nyata.

Barna Group – The State of Discipleship (2016 & 2022).

Tujuan Studi: Menilai bagaimana orang Kristen Amerika memahami dan menghidupi pemuridan ala Yesus.
Responden: 8.500+ orang Kristen dewasa di seluruh AS

Temuan Utama:

  • 65% responden mengaku "terinspirasi" oleh pengajaran Yesus, tetapi hanya 31% merasa mereka menghidupi ajaran tersebut dalam tindakan nyata.
  • 82% menyebut "Yesus adalah Guru terbesar yang pernah hidup", namun hanya 29% yang memiliki praktik pelayanan aktif kepada sesama (model pembasuhan kaki).
  • Orang Kristen yang melihat pemimpin mereka sebagai "teladan hidup Kristus" memiliki kemungkinan dua kali lipat lebih besar untuk terlibat dalam pemuridan dan pelayanan sosial.

Ada jurang pemisah antara kekaguman kepada Yesus dan peneladanan terhadap Yesus.”—David Kinnaman, Presiden Barna

Pew Research (2019): 
Studi tentang: Persepsi publik terhadap tokoh agama, termasuk Yesus, dan dampak pengajaran-Nya di masyarakat modern.

Temuan terkait Yesus sebagai Guru:
  • 88% orang Kristen percaya Yesus mengajarkan pelayanan dan kasih, tetapi hanya *39% yang merasa gereja mereka mempraktikkan hal tersebut secara konsisten.
  • Di kalangan usia 18–29 tahun, hanya 24% melihat gereja sebagai tempat belajar dari keteladanan Yesus; sebagian besar merasa gereja "lebih seperti institusi pengajaran verbal".
Fuller Youth Institute – Sticky Faith
Fokus: Mengapa generasi muda tetap bertahan dalam iman mereka setelah remaja?

Temuan Kunci:
  • Anak muda yang memiliki teladan langsung dari mentor atau pemimpin yang hidup seperti Yesus memiliki lebih dari 3x lipat kemungkinan tetap dalam iman setelah usia 20 tahun.
  • Disimpulkan bahwa “keteladanan spiritual yang hidup” adalah elemen paling kuat dalam pemuridan jangka panjang.

Global Discipleship Survey – World Vision & Barna (2020)

Kerja sama internasional menilai bagaimana model Yesus sebagai Guru diteladani di 13 negara berkembang dan maju.

Temuan Global:
  • 86% orang percaya di negara berkembang mengatakan bahwa mereka belajar paling dalam dari pemimpin yang hidup seperti Yesus, bukan dari pemimpin yang hanya pintar mengajar.
  • Lebih dari 70% generasi muda (Gen Z dan milenial) menyebut bahwa “tindakan nyata kasih” lebih kuat daripada “pengajaran verbal tanpa aksi”.
LATAR BELAKANG HISTORIS & BUDAYA PEMBASUHAN KAKI

1. Konteks Sosial Masyarakat Yahudi di Abad Pertama

Di zaman Yesus (abad pertama Masehi), masyarakat Palestina/Yudea memiliki struktur sosial yang hierarkis dan patriarkal, di mana kehormatan dan status sosial sangat penting. Di dalam rumah atau jamuan makan, terdapat aturan-aturan kehormatan yang mengatur posisi duduk, urutan penyajian makanan, hingga siapa yang melayani siapa.

Salah satu tindakan yang sangat rendah dan hina adalah membasuh kaki orang lain. Mengapa?

2. Kebiasaan Perjalanan dan Alas Kaki

Orang pada masa itu berjalan kaki dengan sandal terbuka di jalanan tanah yang berdebu atau berlumpur.

Kaki akan kotor, berdebu, bahkan berbau setelah perjalanan jauh.

Karena itu, ketika seseorang masuk ke rumah (terutama untuk jamuan makan), biasanya kakinya dibasuh lebih dulu—sebagai bentuk kesegaran dan penghormatan.

3. Siapa yang Membasuh Kaki?

Tugas ini hanya dilakukan oleh budak atau pelayan rendahan.

Dalam hukum Yahudi, seorang Yahudi tidak bisa diminta membasuh kaki sesama Yahudi, kecuali jika dia budak atau secara sukarela.

Bahkan murid tidak wajib membasuh kaki gurunya. Ini menunjukkan bahwa tindakan tersebut adalah simbol kerendahan sosial yang ekstrem.

MENGAPA YESUS MELAKUKANNYA?

1. Yesus Membalikkan Sistem Sosial dan Spiritualitas

Yesus, yang disebut “Guru dan Tuhan” (Yoh 13:13), melakukan peran budak. Ini mengejutkan dan bahkan membuat Petrus menolak saat pertama kali (Yoh 13:8). Tapi Yesus dengan tegas menjawab:
“Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” (Yoh 13:8)

Yesus bukan sedang sekadar menunjukkan kerendahan hati, tetapi menyingkapkan bahwa seluruh ajaran-Nya berpusat pada kasih yang melayani dan mengorbankan diri.

2. Tindakan Simbolik Menuju Salib

Menurut D.A. Carson, tindakan membasuh kaki adalah simbol dari salib. Yesus sedang menunjukkan bahwa keselamatan datang bukan dari kekuasaan, tetapi dari pengosongan diri dan pengorbanan. Pembasuhan kaki menunjuk kepada:
  • Pembersihan dosa secara rohani
  • Sikap rendah hati untuk melayani sesama
“Pembasuhan kaki bukan hanya pelajaran moral. Ini adalah tindakan profetik menuju pembersihan total melalui darah Kristus di salib.”D.A. Carson.

John Stott menjelaskan juga bahwa:
“Tindakan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya adalah gambaran visual dari Injil: kasih yang merendahkan diri, menyucikan, dan melayani.”

N.T. Wright menegaskan juga:
“Yesus membasuh kaki sebagai tanda bahwa seluruh hidup-Nya adalah pelayanan kasih yang menyucikan, yang memuncak di kayu salib.”

3. Teladan untuk Murid

Yesus menjadikan ini pengajaran langsung dan praktis:
“Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yoh 13:15)

Ia sedang mendefinisikan ulang kepemimpinan dan otoritas. Pemimpin sejati bukan yang minta dilayani, tetapi yang melayani (lihat juga Matius 20:26–28).

Watchman Nee memberikan arahan:
“Yesus sedang memperlihatkan bahwa tidak ada pertumbuhan rohani tanpa kerendahan hati dan pelayanan.”

MAKNA BAGI KITA SEKARANG

  1. Pelayanan bukan pilihan tambahan—itu inti kekristenan.
  2. Kepemimpinan Kristen adalah melayani dalam kerendahan, bukan menguasai.
  3. Mengasihi bukan hanya berbicara, tetapi mengambil posisi rendah dan menyentuh luka sesama.
Pembasuhan kaki adalah praktik umum di budaya Timur Tengah abad pertama, tetapi hanya dilakukan oleh budak.

Yesus, yang adalah Tuhan dan Guru, dengan sengaja menempatkan diri-Nya sebagai pelayan untuk memberi teladan, mengajarkan kasih, dan menunjuk kepada karya penebusan di salib.

Ini bukan sekadar ajaran, tetapi pengajaran hidup yang harus kita teladani.

Pertanyaan Refleksi: 

1. Apakah saya hanya mengagumi Yesus, atau saya meneladani-Nya?

2. Siapa dalam hidup saya yang “kakinya” perlu saya basuh hari ini?

3. Apakah saya hidup dalam kerendahan dan kasih seperti yang Yesus ajarkan?

Sumber referensi : 
  • Alkitab (TB – Lembaga Alkitab Indonesia): Yohanes 13:13–15; Yohanes 14:6; Matius 20:26–28
  • D.A. Carson – The Gospel According to John
  • John Stott – The Cross of Christ
  • N.T. Wright – John for Everyone
  • Watchman Nee – The Normal Christian Life
  • Barna Group – The State of Discipleship Report (2016 & 2022)
  • Pew Research Center – Religious Landscape Study (2019)
  • Fuller Youth Institute – Sticky Faith Research
  • World Vision & Barna – Global Discipleship Survey (2020)
  • Craig S. Keener – The IVP Bible Background Commentary: New Testament
  • Joachim Jeremias – Jerusalem in the Time of Jesus
Soli Deo Gloria — Segala Kemuliaan hanya bagi Allah.

***Silahkan sahabat Kristus CMNC dapat men-sharingkan link renungan ini sekiranya dapat membangun iman gereja Tuhan lainnya, sebab semua hal ini hanya bagi kemuliaan Kristus saja. God bless you

Komentar