Siapakah Yesus?
Shalom, Puji nama Tuhan Yesus Kristus, bersyukur saudara-saudari yang terkasih CMNC's terus bertumbuh didalam pengenalan akan Allah yang benar melalui pengajaran dan kesaksian.
Penulis bersyukur karena kasih karunia Allah, kita ada sebagaimana kita ada sekarang, dan kasih karunia yang diberikannya kepada gerejaNya tidak sia-sia. Penulis berdoa: Biarlah bertambah-tambah iman dan kasih kepada Allah dan seorang akan yang lain, serta menguduskan pribadi gerejaNya seutuhnya sehingga roh, jiwa, tubuhnya terpelihara sempurna.
Tuhan melayakkan gerejaNya bagi panggilan Kristus dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendak gerejaNya untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman. Supaya dalam nama Yesus, Tuhan kita dimuliakan didalam gerejaNya dan gerejaNya di dalam Kristus, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.
Biarlah Tuhan memberikan Roh hikmat dan wahyu mengajarkan gerejaNya untuk mengenal Allah dengan benar. Hari ini bukalah hati dan pikiran gereja Tuhan untuk belajar tentang:
Hari ke-16: Yesus Sang Penyembuh
Matius 8:16-17 (TB)
"Menjelang malam banyak orang yang kerasukan dibawa kepada-Nya dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan semua orang yang menderita sakit. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 'Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.'"
Kebutuhan Akan Pemulihan yang Menyeluruh
Shalom, saudara-saudari yang terkasih di dalam Kristus. Dunia modern menghadirkan banyak kemajuan teknologi dan medis, namun tak sedikit pula yang masih terkurung dalam penderitaan fisik, luka emosional, dan krisis spiritual. Pandemi global beberapa tahun terakhir membuka mata kita akan keterbatasan manusia—bahwa di balik semua pencapaian sains, manusia tetap rapuh dan membutuhkan pemulihan yang lebih dalam.
Penelitian WHO tahun 2023 menyebutkan bahwa lebih dari 1,1 miliar orang di dunia mengalami gangguan kesehatan mental. Di Indonesia sendiri, sekitar 9 dari 10 orang menganggap bahwa sakit fisik mereka berhubungan erat dengan tekanan hidup dan beban batin yang belum terselesaikan. Di sinilah pengharapan akan pribadi yang dapat memulihkan secara total menjadi sangat relevan.
Yesus, Sang Mesias, tidak hanya dikenal sebagai Guru Agung dan Juruselamat, tetapi juga sebagai Penyembuh. Dalam Injil, pelayanan-Nya sarat dengan tindakan belas kasih yang menyentuh tubuh dan jiwa. Pengajaran hari ke-16 ini mengajak kita mengenal lebih dalam pribadi Yesus sebagai Tabib Ilahi yang menyentuh penderitaan manusia dengan kasih yang nyata dan memulihkan secara menyeluruh.
Kesembuhan yang Yesus kerjakan bukan sekadar keajaiban medis sesaat, melainkan bagian dari manifestasi Kerajaan Allah yang sedang dinyatakan di bumi. Ini adalah kesembuhan yang menggenapi nubuat nabi Yesaya—bahwa Mesias akan memikul kelemahan dan penyakit kita. Mari kita telusuri lebih dalam melalui sejarah, teologi, serta pengalaman manusia modern untuk menemukan relevansi pengajaran ini bagi iman kita saat ini.
Latar Historis dan Konteks Budaya
Pada zaman Yesus, penyakit bukan sekadar masalah medis, tapi juga masalah sosial dan rohani. Orang sakit, terutama yang dianggap najis (seperti kusta), sering dikucilkan dari masyarakat. Injil Matius menulis peristiwa ini dalam konteks setelah Sabat (Matius 8:16), ketika orang-orang Yahudi diperbolehkan membawa yang sakit kepada Yesus.
Dalam budaya Yahudi, “penyakit” seringkali dikaitkan dengan dosa. Yesus membalikkan paradigma ini: Ia bukan hanya menyembuhkan secara fisik, tetapi juga merestorasi martabat manusia. Penyembuhan-Nya adalah tanda hadirnya Kerajaan Allah dan penggenapan nubuat Mesianik dari Yesaya 53:4.
Penelitian Masa Kini: Kualitatif dan Kuantitatif
Riset modern menunjukkan pentingnya peran spiritualitas dalam kesembuhan:
Studi di Ghana, Uganda, dan Indonesia menemukan bahwa banyak orang memilih terapi iman sebelum medis. Mereka mengalami kelegaan batin, pengharapan, dan komunitas dukungan. Hal ini mengindikasikan kebutuhan batiniah untuk makna dan harapan di tengah penderitaan.
Meta-analisis tahun 2018 (dipublikasikan dalam jurnal Cambridge dan PubMed) menyatakan bahwa doa dan praktik religius berpengaruh signifikan terhadap penurunan depresi, stres, dan kecemasan. Namun, peneliti menggarisbawahi bahwa keajaiban kesembuhan bersifat personal dan tidak bisa dijadikan metode ilmiah.
Korelasi ini membuka wawasan bahwa kesembuhan adalah pengalaman menyeluruh antara tubuh, jiwa, dan roh—bukan sekadar aspek biologis.
Tafsiran Teks Pengajaran dan Ajaran Teologis
Matius 8:17 adalah kutipan langsung dari Yesaya 53:4, sebuah nubuat Mesianik yang menggambarkan Hamba TUHAN yang menderita. Kata kunci Yunani yang penting:
"memikul" (bastazō): berarti membawa secara sukarela beban orang lain.
"menanggung" (phérō): berarti mengalami langsung penderitaan dan mengangkatnya sebagai milik sendiri.
John Stott menyatakan bahwa “penyembuhan Kristus adalah pancaran dari penderitaan salib. Ia menyentuh luka-luka manusia, karena Ia sendiri akan menanggung luka terdalam di Golgota.”
D.A. Carson menambahkan, “Penggenapan Yesaya bukan hanya di kayu salib, tapi juga dalam pelayanan publik Yesus yang menyatakan belas kasihan Allah di dunia yang rusak.”
Charles Spurgeon menulis, "Yesus tidak datang hanya untuk mengajar, tetapi untuk menanggung. Ia bukan hanya menyentuh orang sakit, Ia menanggung sakit mereka."
Agustinus mengajarkan bahwa penderitaan dan penyakit manusia adalah akibat dari kejatuhan, namun Kristus datang bukan hanya untuk menebus dosa tetapi juga untuk menyatakan pemulihan akan seluruh ciptaan. “Dalam luka-Nya, kita dipulihkan, dan dalam penderitaan-Nya, kita menemukan pengharapan.”
John Calvin menjelaskan bahwa Matius 8:17 memperlihatkan sifat pengganti dari karya Kristus, di mana Yesus bukan hanya berempati, tetapi mengambil alih konsekuensi dari dosa, termasuk penyakit sebagai bagian dari akibat kerusakan dunia.
Dimensi-dimensi Tambahan dari Tafsiran Ayat Ini:
Eskatologis (George Ladd, N.T. Wright): Kesembuhan Yesus adalah tanda Kerajaan Allah yang akan datang secara sempurna. Kesembuhan adalah pratinjau pemulihan dunia secara total di akhir zaman.
Komunitarian (Lesslie Newbigin): Penyembuhan Yesus tidak hanya memulihkan individu, tetapi juga membangun komunitas pemulih.
Tipologi (Matthew Henry, R.C. Sproul): Yesus adalah penggenapan tipologi Musa—penyembuh sejati umat Allah.
Liturgis (Alexander Schmemann): Kesembuhan juga hadir dalam sakramen. Dalam Ekaristi (Perjamuan Kudus), Kristus yang memikul sakit kita menjadi nyata.
Psikospiritual (Curt Thompson): Kristus menyentuh trauma, rasa malu, dan luka batin terdalam manusia.
Mengapa Kesembuhan Tidak Kekal?
Banyak yang disembuhkan oleh Yesus, namun tetap meninggal kemudian. Mengapa? Karena:
Kesembuhan adalah tanda Kerajaan Allah, bukan tujuan akhir.
Tubuh manusia masih hidup dalam realitas dunia yang jatuh dalam dosa (Roma 8:20–23).
Yesus lebih tertarik kepada pemulihan total manusia: tubuh, jiwa, dan roh.
Agustinus berkomentar, “Mukjizat kesembuhan hanyalah bayangan dari kesembuhan abadi yang tersedia bagi kita dalam kebangkitan.”
Paulus pun mengalami ketidaksembuhan (2 Korintus 12:7–10) namun menekankan bahwa “kuasa Allah menjadi sempurna dalam kelemahan.”
Menurut teolog seperti Gordon Fee dan Jack Hayford, pelayanan Yesus adalah model bagi gereja masa kini untuk berjalan dalam kuasa Roh Kudus. Penyembuhan bukan hanya mungkin, tetapi merupakan manifestasi kasih Allah kepada umat-Nya.
Heidi Baker, seorang misionaris Karismatik, menyatakan: “Kesembuhan terjadi bukan karena kita layak, tapi karena Dia mengasihi.” Namun, dia juga menekankan pentingnya ketaatan dan keintiman dengan Tuhan sebagai wadah bagi kuasa Allah bekerja.
Relevansi Bagi Kita Hari Ini
Yesus tetap menyembuhkan — melalui doa, damai sejahtera, pertobatan, atau intervensi medis.
Gereja-Nya dipanggil menjadi alat pemulih — menghadirkan kasih, mendengarkan, berdoa bagi yang sakit.
Iman kita diuji: apakah kita percaya meskipun hasilnya tidak seperti yang diharapkan?
“Yesus tidak hanya menyelamatkan kita dari dosa, Ia juga berjalan bersama kita dalam penderitaan.” — Tim Keller
“Tangan Yesus yang menyentuh si kusta adalah tangan yang sama yang digantung di salib untuk memikul luka kita.” — Charles Spurgeon
“Jangan kejar mukjizat, kejarlah Kristus. Di dalam-Nya, semua kebutuhanmu terpenuhi.” — Bill Johnson.
Yesus menyembuhkan bukan karena dunia ini sempurna, tetapi karena kasih-Nya hadir dalam ketidaksempurnaan.
Kesembuhan bukan akhir, tetapi undangan untuk mengenal Sang Penyembuh yang memberi hidup kekal.
Refleksi:
Apakah saya melihat kesembuhan sebagai sarana mengenal Yesus lebih dalam?
Bagaimana saya bisa menjadi sahabat bagi mereka yang menderita?
Apakah saya menyerahkan definisi kesembuhan menurut kehendak Tuhan, bukan hanya keinginanku?
- Injil Matius; Yesaya 53
- John Stott – The Cross of Christ
- D.A. Carson – The Gospel According to Matthew
- Charles Spurgeon – Treasury of David
- Agustinus – City of God; Enchiridion
- John Calvin – Harmony of the Gospels
- George Eldon Ladd – A Theology of the New Testament
- N.T. Wright – Surprised by Hope
- Alexander Schmemann – For the Life of the World
- Curt Thompson – The Soul of Shame
- Pew Research & WHO Reports
- Meta-analisis (Cambridge 2018; PubMed)
- Gordon Fee – God's Empowering Presence
- Heidi & Rolland Baker – Reckless Devotion
- John Piper, Tim Keller, Bill Johnson
Komentar
Posting Komentar
FORM DOA