15 Juli 2025 | SIAPAKAH YESUS KRISTUS? | Series: Mengenal Yesus Kristus | Modul Pemuridan 365 hari

Siapakah Yesus?

Shalom, Puji nama Tuhan Yesus Kristus, bersyukur saudara-saudari yang terkasih CMNC's terus bertumbuh didalam pengenalan akan Allah yang benar melalui pengajaran dan kesaksian. 

Penulis bersyukur karena kasih karunia Allah, kita ada sebagaimana kita ada sekarang, dan kasih karunia yang diberikannya kepada gerejaNya tidak sia-sia. Penulis berdoa: Biarlah bertambah-tambah iman dan kasih kepada Allah dan seorang akan yang lain, serta menguduskan pribadi gerejaNya seutuhnya sehingga roh, jiwa, tubuhnya terpelihara sempurna.

Tuhan melayakkan gerejaNya bagi panggilan Kristus dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendak gerejaNya untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman. Supaya dalam nama Yesus, Tuhan kita dimuliakan didalam gerejaNya dan gerejaNya di dalam Kristus, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.

Biarlah Tuhan memberikan Roh hikmat dan wahyu mengajarkan gerejaNya untuk mengenal Allah dengan benar. Hari ini bukalah hati dan pikiran gereja Tuhan untuk belajar tentang:

Hari ke-15 – Yesus: Sahabat Sejati

Yohanes 15:13-15 (TB)  Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.

Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

Dunia Tanpa Sahabat Sejati: Struktur Permasalahan Zaman Ini

Di era digital saat ini, kita semakin “terhubung” secara teknologi, namun semakin terputus secara emosional.

Relasi menjadi dangkal, penuh topeng, dan seringkali bersifat transaksional. Sahabat sejati menjadi langka.

Maka pertanyaan penting muncul: Adakah kasih yang tidak transaksional? Adakah sahabat yang tidak meninggalkan saat kita gagal?

Mari kita pelajari lebih dalam makna yang terkandung dalam konteks ayat Yohanes 15:13-15 tersebut.

Tafsiran Kontekstual: Makna Teks Yohanes 15:13–15
Makna Historis dan Budaya.

Dalam budaya Yahudi dan Romawi kuno, gelar “sahabat raja” adalah kehormatan tinggi. Mereka:
  • Memiliki akses langsung ke raja
  • Dipercaya dengan rahasia dan strategi kerajaan
  • Sering memengaruhi keputusan istana
Yesus menggunakan istilah ini secara sadar—Ia tidak hanya menebus kita sebagai hamba, tetapi mengangkat kita menjadi sahabat-Nya, orang yang dipercaya merasakan dan memahami rencana-Nya.

Kita bedah kata-kata penting dalam konteks ayat pokok yang sedang dipelajari:

Ayat 13:
"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya..."

Kata Yunani ἀγάπη (agapē) menegaskan kasih yang tanpa syarat dan aktif memberi, bukan sekadar perasaan.

Yesus menunjukkan kasih agapē dengan meletakkan nyawa-Nya (τίθησιν τὴν ψυχὴν – tithēsin tēn psychēn), menyerahkan seluruh hidup, identitas, dan kehendak-Nya demi sahabat-Nya.

Ilustrasi : Bayangkan seseorang dijatuhi hukuman mati karena kejahatan besar. Namun tiba-tiba, seorang yang tak bersalah datang ke pengadilan dan berkata, “Saya akan menanggung hukuman itu. Biarkan dia hidup.”

Roma 5:8 (TB)  Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

“Memberikan nyawa” dalam bahasa Yunani:
τίθησιν τὴν ψυχὴν (tithēsin tēn psychēn)
= Menyerahkan seluruh hidup, bukan hanya kematian fisik, tapi juga penderitaan, kehormatan, dan keinginan-Nya.

Enduring Word Commentary menekankan bahwa Yesus berbicara tentang tindakan, bukan sekadar emosi; kasih sejati ditunjukkan lewat pengorbanan konkret  .

Ayat 14:
"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu."

Bukan syarat keselamatan, tetapi bukti relasi sejati. Sahabat akan berjalan dalam kehendak sahabatnya.

Spurgeon menekankan: harus ada ketaatan aktif, bukan sekadar tidak berbuat dosa  .

Ayat 15
"Aku menyebut kamu sahabat... karena Aku telah memberitahukan..."

Philos (φίλος): teman dekat, bukan budak (doulos).

Gnōrisas (γνωρίσας): membuka serta menyatakan isi hati Allah.

John Piper menjelaskan “Seorang hamba tidak tahu urusan tuannya; sahabat tahu. Maka ketaatan lahir dari keintiman, bukan dari paksaan.”

Matius 13:11 (TB)  Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.

D.A. Carson menekankan perbedaan antara sahabat dengan hamba:
“…perbedaan antara hamba dan sahabat bukan pada cara mereka taat, tetapi pada apakah mereka mengerti atau tidak. Hamba diperintah tanpa memahami motivasi tuannya; sahabat tahu. Karena sahabat telah dimasukkan ke dalam kepercayaan-Nya—mereka diberi pengertian akan rencana dan isi hati yang tersembunyi.”  

Mazmur 25:14 (TB)  TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka. 

Kalau demikian, bagaimana ciri-ciri relasi yang terbangun menjadi sahabat karib menurut psikologi dan alkitab?

Menurut Psikologi: Sahabat Karib Memenuhi Kebutuhan Emosional Terdalam

“Sahabat karib adalah tempat aman, bukan hanya tempat curhat.”—Brené Brown, Psikolog dan penulis Dare to Lead

Ciri khas psikologis:
  • Mutual trust: kepercayaan penuh, tidak berpura-pura
  • Emotional intimacy: bisa menjadi diri sendiri tanpa takut dihakimi
  • Support system: menjadi kekuatan saat krisis atau lemah
  • Kejujuran penuh kasih: berani menegur dengan kasih, bukan menjatuhkan
Menurut Teologi Kristen: Sahabat Karib Adalah Bayangan dari Kristus

“Kristus adalah sahabat karib sejati—Dia mengenal kita sepenuhnya dan tetap mengasihi tanpa syarat.”— Tim Keller, The Meaning of Marriage

Ciri khas spiritual:
  • Mengasihi tanpa syarat
  • Menyembuhkan luka batin melalui penerimaan
  • Membawa kita lebih dekat kepada Allah
  • Tidak meninggalkan saat kita gagal.
Ilustrasi Singkat:
Sahabat karib bukan yang hanya datang saat senang, tapi tetap tinggal saat dunia meninggalkan.
Seperti Kristus dengan Petrus: meskipun Petrus menyangkal-Nya, Yesus tetap memulihkannya.
Seperti Yonatan dengan Daud: walau ayahnya membenci Daud, dia memilih tetap setia.

Setelah memahami makna spiritual dari sahabat sejati, mari kita lihat bagaimana realita batin manusia masa kini justru haus akan kasih dan relasi yang otentik—yang semuanya dipenuhi dalam Yesus.

A. Kesepian Kronis
Psikolog John Cacioppo menyebut: “Kesepian kronis merusak kesehatan sama seperti merokok 15 batang per hari.”
Yesus hadir untuk menjadi hadir di tengah kehampaan, bukan hanya sebagai Juruselamat, tapi Sahabat.

B. Trust Issues dan Trauma
Yesus menyebut sahabat bahkan kepada Petrus yang menyangkal-Nya, dan Yudas yang mengkhianati-Nya.
Yesus mengasihi tanpa syarat, bukan berdasarkan performa. Inilah kasih yang menyembuhkan luka kepercayaan terdalam.

C. Krisis Identitas
Dunia berkata: “Kamu adalah apa yang kamu capai.”
Tapi Yesus berkata: “Kamu sahabat-Ku, karena Aku memilih dan mengasihimu.”

Tim Keller menulis:
“Identitas kita dalam Kristus tidak dibentuk oleh performa, tetapi oleh relasi kita dengan-Nya.”

Ibrani 2:11 (TB)  Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,

Relevansi Bagi Orang Percaya & Langkah Praktis
Tidak cukup hanya memahami bahwa Yesus adalah Sahabat Sejati. Kini saatnya merenungkan: bagaimana kita merespons undangan persahabatan ini dalam hidup sehari-hari?

✅ A. Yesus Menawarkan Relasi yang Dalam dan Utuh

Ia tidak mencari penyembah formalitas, tapi sahabat-sahabat yang intim, terbuka, dan rela berjalan dalam rencana Allah.

B. Langkah Praktis Menghidupi Relasi Sahabat Ilahi

1. Luangkan waktu pribadi setiap hari — bukan sebagai kewajiban, tapi ruang keintiman. Keintiman perlu bertumbuh melalui waktu (relasi, bukan ritual). “Yesus tidak hanya ingin ditaati, Ia ingin dikenal.”Tim Keller (Reformed Evangelical, The Meaning of Marriage). Waktu pribadi dengan Tuhan (devosi, doa, firman) adalah tempat membangun keintiman, bukan rutinitas kosong.

2. Jadilah jujur dan terbuka di hadapan Tuhan — tidak menyembunyikan luka, kelemahan, atau keraguan. “Sahabat sejati membuka dirinya. Demikian pula kita dipanggil membuka hati di hadapan Kristus, bukan menyembunyikan luka dan rasa takut kita.”Henri Nouwen (Katolik, Life of the Beloved)

3. Kenali isi hati Tuhan — bukan hanya mencari pertolongan, tapi mengerti beban hati-Nya. Merenungkan firman Tuhan dan menyelidiki isi firman Tuhan sebagai sarana mengenal hatiNya. “Yesus membagikan isi hati-Nya kepada sahabat. Firman adalah sarana utama mengenal isi hati Allah.”D.A. Carson (Evangelikal, The Gospel According to John)

4. Jadilah sahabat bagi sesama — relasi dengan Kristus memberi kekuatan untuk mengasihi orang yang sulit dikasihi. “Kristus hadir dalam tubuh-Nya, yaitu gereja. Persahabatan dengan Kristus juga terwujud dalam relasi kasih antar sesama.”Dietrich Bonhoeffer (Lutheran, Life Together). 

5. Ketaatan sebagai ekspresi mengasihi bukan legalistik. “Kasih sejati kepada Kristus dinyatakan dalam ketaatan yang sukarela.”John Piper (Reformed Baptist, Desiring God). “Seorang sahabat berjalan searah dengan sahabatnya. Maka ketaatan bukanlah paksaan, tapi hasil kasih.”William Barclay (Church of Scotland, The Daily Study Bible)

6. Menemukan Identitas dalam persahabaran ilahi. “Identitas dalam Kristus memberi keamanan yang tak tergoyahkan.”Curt Thompson (Neuroteolog, The Soul of Shame)

"Sahabat sejati bukan hanya hadir dalam suka, tapi menyentuh luka kita tanpa menghakimi, dan tetap tinggal ketika yang lain pergi."— Henri Nouwen, Life of the Beloved

"Kristus hadir di tengah persekutuan. Ia mempersatukan manusia dalam kasih yang lebih kuat dari dosa mereka."— Dietrich Bonhoeffer

Yesus tidak hanya ingin menyelamatkan kita. Ia ingin berjalan bersama kita, duduk dengan kita, mengobrol dengan kita — seperti sahabat sejati yang tidak pernah meninggalkan, apalagi mengkhianati.

Persahabatan dengan Kristus bukan sekadar konsep rohani, tetapi realitas hidup yang dibangun dengan kesadaran, keintiman, ketaatan, dan kasih. Setiap hari adalah kesempatan untuk menyambut-Nya bukan hanya sebagai Tuhan, tetapi sebagai Sahabat Sejati yang setia di segala musim hidup.

Refleksi Pribadi
  1. Apakah saya menjalani relasi dengan Yesus sebagai Sahabat, atau hanya sebagai solusi darurat?
  2. Apakah saya cukup jujur, terbuka, dan mau mendengarkan isi hati-Nya?
  3. Apakah saya siap menjadi sahabat bagi sesama, seperti Kristus bersahabat dengan saya?

Sumber Referensi: 
  • Pew Research Center, WHO, APA Reports (2022–2023)
  • Henri Nouwen – Life of the Beloved
  • Curt Thompson – The Soul of Shame
  • Tim Keller – The Meaning of Marriage
  • D.A. Carson – The Gospel According to John
  • William Barclay – The Daily Study Bible: John
  • Tim Chester – Enjoying God
  • John Cacioppo – Loneliness: Human Nature and the Need for Social Connection
Soli Deo Gloria — Segala Kemuliaan hanya bagi Allah.

***Silahkan sahabat Kristus CMNC dapat men-sharingkan link renungan ini sekiranya dapat membangun iman gereja Tuhan lainnya, sebab semua hal ini hanya bagi kemuliaan Kristus saja. God bless you

Komentar