10 Juli 2025 | SIAPAKAH YESUS KRISTUS? | Series: Mengenal Yesus Kristus | Modul Pemuridan 365 hari

Siapakah Yesus?

Shalom, Puji nama Tuhan Yesus Kristus, bersyukur saudara-saudari yang terkasih CMNC's terus bertumbuh didalam pengenalan akan Allah yang benar melalui pengajaran dan kesaksian. 

Penulis bersyukur karena kasih karunia Allah, kita ada sebagaimana kita ada sekarang, dan kasih karunia yang diberikannya kepada gerejaNya tidak sia-sia. Penulis berdoa: Biarlah bertambah-tambah iman dan kasih kepada Allah dan seorang akan yang lain, serta menguduskan pribadi gerejaNya seutuhnya sehingga roh, jiwa, tubuhnya terpelihara sempurna.

Tuhan melayakkan gerejaNya bagi panggilan Kristus dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendak gerejaNya untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman. Supaya dalam nama Yesus, Tuhan kita dimuliakan didalam gerejaNya dan gerejaNya di dalam Kristus, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.

Biarlah Tuhan memberikan Roh hikmat dan wahyu mengajarkan gerejaNya untuk mengenal Allah dengan benar. Hari ini bukalah hati dan pikiran gereja Tuhan untuk belajar tentang:

Hari ke-10: Yesus Kristus, Sang Gembala yang Baik

Yohanes 10:11 (TB)  Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;

Dalam kehidupan manusia modern yang penuh ketidakpastian, tekanan, dan kehilangan arah, banyak orang merasa tersesat—baik secara emosional, spiritual, maupun sosial. Seiring meningkatnya fenomena mental health crisis, kesepian, dan kecemasan, kebutuhan akan pemimpin atau figur yang bisa memulihkan dan membimbing menjadi semakin besar. Di tengah realitas ini, Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai “Gembala yang Baik”—sebuah gelar yang menawarkan pemulihan, perlindungan, dan pengharapan sejati bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Terjemahan Yunani (Koine):

Yohanes 10:11 (TB)  Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;

ἐγώ εἰμι ὁ ποιμὴν ὁ καλός· ὁ ποιμὴν ὁ καλὸς τὴν ψυχὴν αὐτοῦ τίθησιν ὑπὲρ τῶν προβάτων.

  • Kata ποιμὴν (poimēn) berarti gembala secara literal, tetapi juga secara figuratif merujuk pada pemimpin rohani yang memelihara, melindungi, dan menuntun umat.
  • καλός (kalos) berarti baik secara moral dan mulia, bukan sekadar profesional.
  • Yesus menggambarkan diri-Nya bukan sekadar pemimpin biasa, tetapi Pemimpin yang rela mati untuk menyelamatkan umat-Nya.

Menyatakan kepemimpinan Kristus yang penuh kasih dan pengorbanan.

Memulihkan relasi antara manusia dan Allah yang telah rusak karena dosa.

Menjadi teladan pemimpin sejati yang berorientasi pada pengorbanan, bukan kekuasaan.

Lalu bagaimana ciri-ciri gembala yang baik itu? Ciri-ciri seorang gembala yang baik:

1. Hidup bersama kawanan domba
Gembala tidak hanya menggembalakan dari jauh, tetapi tinggal bersama domba-dombanya—menjadi satu bagian dari kehidupan mereka.

2. Melindungi dari bahaya
Gembala mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi domba dari serigala, pencuri, atau binatang buas (bandingkan 1 Samuel 17:34-36, Daud vs singa & beruang).

3. Mengenali setiap domba secara pribadi
Domba-domba mengenal suara gembala mereka dan hanya mengikuti suara itu (Yohanes 10:3-4, 14, 27).

4. Mencari yang hilang
Seorang gembala sejati akan meninggalkan 99 domba demi mencari satu yang hilang (Lukas 15:4-7).

5. Memberi makan dan menuntun ke padang rumput yang hijau
Gembala bertanggung jawab atas kesejahteraan domba—baik makanan, air, maupun perlindungan (Mazmur 23).

John Stott – Pengkhotbah dan Teolog Anglikan mengatakan: 
“Gembala sejati memimpin dengan teladan, bukan dengan dominasi. Ia tidak hanya mengajar dari atas, tetapi hidup di tengah kawanan.”

Michael L. Brown – Apologet dan penulis Mesianik menyatakan: 
“Yesus tidak hanya menuntun domba yang baik, tetapi mengejar dan memulihkan yang terluka dan memberontak.”

Bill Johnson – Penulis dan gembala sidang Bethel Church menambahkan: 
“Yesus tidak menggembalakan dari kejauhan. Ia hadir di tengah kawanan-Nya, dan mengajar melalui hubungan, bukan aturan.”

Kondisi era sekarang tidak berbeda dengan jaman Yesus, dimana para pemimpin rohani telah "gagal" memberikan keteladanan dalam hal kepemimpinan "crisis leader of spiritual".

4 hal yang disoroti oleh penulis mengapa terjadi krisis keteladanan kepemimpinan rohani di era modern saat ini:

1. Kehilangan Figur Panutan Sejati

Banyak generasi muda tidak menemukan tokoh yang dapat diteladani secara utuh, baik secara moral, spiritual, maupun integritas.

Sosok yang terkenal belum tentu benar, dan yang benar seringkali tidak populer.


2. Kepemimpinan yang Transaksional, Bukan Relasional

Pemimpin (baik rohani maupun publik) lebih banyak berorientasi pada hasil dan kekuasaan, bukan pelayanan dan keteladanan hidup.

Nilai-nilai seperti kesetiaan, pengorbanan, dan kebenaran mulai tergantikan oleh pragmatisme.


3. Krisis Identitas dan Keteladanan di Media Sosial

Banyak anak muda lebih percaya kepada influencer dan selebriti dibandingkan pemimpin rohani atau orang tua.

Sosok publik yang tampil “inspiratif” di layar, ternyata tidak memberikan keteladanan karakter yang konsisten di kehidupan nyata.


4. Kemerosotan Kepercayaan terhadap Lembaga Rohani

Skandal di kalangan pemimpin gereja atau lembaga agama menyebabkan trust deficit. Masyarakat makin skeptis terhadap pemimpin rohani.

Menurut Barna Research (2023)
60% Gen Z dan Milenial mengaku tidak memiliki figur pemimpin spiritual atau role model hidup yang jelas.

74% Gen Z lebih banyak mencari nasihat hidup dari media sosial ketimbang dari pemimpin gereja atau keluarga.

52% orang muda Kristen menyatakan bahwa mereka tidak percaya bahwa pemimpin gereja benar-benar peduli secara personal.

Bahkan Studi oleh American Psychological Association (2022) menyatakan bahwa lebih dari 80% responden muda mencari bimbingan moral dan makna hidup melalui media sosial, bukan dari keluarga atau gereja.

Pew Research Center (2021):

Hanya 28% dari responden dewasa muda percaya bahwa pemimpin agama “sangat jujur dan berintegritas.”

57% menyatakan kehilangan kepercayaan terhadap lembaga keagamaan karena skandal atau inkonsistensi pemimpin.

Di Indonesia, data Lembaga Alkitab Indonesia menunjukkan peningkatan minat akan bimbingan spiritual online sebesar 43% sejak pandemi.

Artinya, di zaman sekarang, kehadiran Yesus sebagai Gembala yang Baik sangat relevan, karena Ia menawarkan kejelasan, kepastian, dan arah hidup di tengah kebingungan global. 

N.T. Wright (Anglikan):
“Yesus tidak hanya menunjuk jalan kepada Bapa, Ia sendiri adalah jalan. Sebagai Gembala yang Baik, Ia bukan hanya penyampai kebenaran—Ia adalah kebenaran yang hidup dan berjalan bersama kita.”

John Piper mengungkapkan :
Gembala yang Baik adalah Dia yang memberikan nyawanya, bukan sekadar memberi makanan. Ia memimpin bukan dengan paksaan, tetapi dengan kasih yang berlimpah.”

Michael L. Brown berkomentar :
“Yesus sebagai Gembala bukan hanya untuk orang benar, tetapi terutama bagi yang tersesat, luka, dan merasa jauh dari kasih Allah.”

Bill Johnson, Strengthen Yourself in the Lord, 2007 menjelaskan: 
“Yesus adalah Gembala yang bukan hanya memimpin dari depan, tetapi hadir di tengah-tengah kawanan-Nya. Dia mengajar domba-domba-Nya mengenal suara-Nya bukan melalui paksaan, tetapi melalui hubungan kasih yang nyata dan personal.”

Dunia saat ini sedang mencari para pemimpin yang berintegritas dan penuh dedikasi untuk menggembalakan domba-dombaNya Allah seperti Kristus. Lembaga organisasi kristen perlu berbenah diri, mengevaluasi tentang sikap hati yang dimiliki para pemimpin jemaat apakah sudah sesuai dengan ajaran Kristus?

1. John Stott – Pengkhotbah & Penulis Buku “The Contemporary Christian”
“Gereja perlu kembali pada kehidupan yang berakar dalam Kristus—menjadi teladan, bukan sekadar pengajar.”

Solusi: Membangun kembali kehidupan integritas pemimpin Kristen—hidup yang sesuai dengan pengajaran.

2. Dallas Willard – Filsuf & Penulis Buku “The Divine Conspiracy”
“Krisis keteladanan tidak bisa diatasi dengan program, tetapi melalui pembentukan karakter yang perlahan dan konsisten oleh Roh Kudus.”

Solusi: Gereja harus berinvestasi pada spiritual formation (pembentukan batin) daripada sekadar pelatihan teknis pelayanan.

3. Craig Groeschel – Penulis Buku “Lead Like It Matters”

“Kepemimpinan Kristen bukan soal posisi, tapi pengaruh melalui integritas, kerendahan hati, dan konsistensi.”

Solusi: Melatih generasi muda untuk memimpin dengan karakter, bukan mengejar gelar atau popularitas.

4. John C. Maxwell, Developing Leader within you menegaskan:
"Kepemimpinan bukan tentang gelar, jabatan, atau bagan struktur organisasi. Kepemimpinan adalah tentang satu kehidupan yang mempengaruhi kehidupan yang lain."

Sekalipun di dunia ini telah mengalami krisis kepemimpinan sejati, Tuhan adalah Gembala yang baik, yang mengenal setiap masing-masing domba-dombaNya, karena mereka mengenal suara GembalaNya 

Yohanes 10:3-4 (TB)  Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.
Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.

Dalam dunia yang penuh dengan suara, hanya suara Sang Gembala yang mampu membawa ketenangan sejati.

Yohanes 10:27 (TB)  Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,

Umat percaya saat ini didorong untuk menjadi gembala kecil bagi sesama: melayani, memperhatikan, dan menuntun orang lain kepada Kristus.

Beberapa hal pertanyaan yang sering ditanyakan diri sendiri atau orang lain adalah:

“Kalau Yesus adalah Gembala yang Baik, kenapa aku tetap merasa sendiri dan ditinggalkan saat hidupku kacau?”

Karena kasih seorang Gembala tidak selalu terlihat dari jalan yang mulus, tetapi dari penyertaan yang tidak pernah meninggalkan. Mazmur 23:4: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, Engkau besertaku.”

N.T. Wright: “Tuhan sering kali paling dekat justru di saat kita merasa paling jauh dari-Nya.”

“Bukankah banyak tokoh dunia juga baik? Mengapa Yesus menyebut diri-Nya ‘Gembala yang Baik’ seakan paling istimewa?”

Karena Yesus tidak hanya menyatakan kebaikan, tetapi menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Yohanes 10:11 menekankan: “Gembala yang baik memberikan nyawanya...”

John Piper: “Yesus tidak hanya memimpin—Ia mati demi mereka.”

“Saya hidup cukup bermoral dan tidak menyakiti orang. Apakah saya masih perlu digembalakan?”

Moralitas tanpa relasi dengan Yesus adalah kesalehan kosong. Yohanes 10:27: “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku.”

Michael L. Brown: “Yesus mencari domba yang tersesat, bukan hanya yang berperilaku baik.”

“Mengapa harus Yesus? Bukankah semua agama mengajarkan jalan kebaikan?”

Hanya Yesus yang disalibkan dan bangkit demi menebus dosa manusia. Yohanes 14:6: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup...”

Bill Johnson: “Yesus tidak menawarkan sistem, tetapi hadir sendiri sebagai Gembala yang hidup dan menebus.”

“Apa bukti Yesus masih berbicara hari ini?”

Ia berbicara melalui Firman, Roh Kudus, doa, dan komunitas orang percaya. Suara-Nya tidak selalu terdengar keras, tapi selalu nyata bagi yang percaya.

John Piper: “Yesus berbicara hari ini melalui firman yang diurapi oleh Roh Kudus kepada hati yang terbuka.”

Yesus Kristus bukan hanya Allah yang Mahakuasa (Alfa dan Omega), tetapi juga Allah yang dekat—Gembala yang mengenal, menjaga, dan mencintai kita secara pribadi. Ia bukan sekadar memberi jalan, tapi berjalan bersama kita, bahkan dalam lembah kekelaman. Di tengah dunia yang penuh guncangan, mengenal suara dan kehadiran-Nya adalah perlindungan terbesar.

Pertanyaan Refleksi:

1. Apakah aku benar-benar mengenal suara Sang Gembala dalam hidupku sehari-hari?

2. Suara siapa yang lebih banyak mempengaruhi keputusanku hari ini—dunia atau Yesus?

3. Apakah aku berani mempercayakan hidupku sepenuhnya kepada Gembala yang sudah memberikan nyawa-Nya bagiku?

Referensi-referensi sumber:

  • Wright, N.T. Jesus and the Victory of God. SPCK Publishing, 1996.
  • Piper, John. The Passion of Jesus Christ. Crossway Books, 2004.
  • Brown, Michael L. The Real Kosher Jesus. FrontLine, 2012.
  • Johnson, Bill. Strengthen Yourself in the Lord. Destiny Image, 2007.
  • Stott, John. The Contemporary Christian. IVP, 1992.
  • Willard, Dallas. The Divine Conspiracy. HarperOne, 1998.
  • Groeschel, Craig. Lead Like It Matters. Zondervan, 2022.
  • Maxwell, John C. Developing the Leader Within You. Thomas Nelson, 1993.
  • Barna Group. Faith and the Next Generation Report. Barna.com, 2023.
  • American Psychological Association (APA). Report on Spirituality and Mental Health, 2022.
  • Pew Research Center. Trust in Religious Leaders Survey, 2021.
  • Lembaga Alkitab Indonesia. Laporan Tahunan Digital Ministry & Konsultasi Alkitab, 2022–2023.
Soli Deo Gloria — Segala Kemuliaan hanya bagi Allah.

***Silahkan sahabat Kristus CMNC dapat men-sharingkan link renungan ini sekiranya dapat membangun iman gereja Tuhan lainnya, sebab semua hal ini hanya bagi kemuliaan Kristus saja. God bless you



Komentar