08 Juni 2026 | SIKAP MENYEMBAH ALLAH YANG BENAR | Series: Menghidupi Kuasa Kebangkitan-Nya | Pengajaran Saat Teduh
Bukan Karena Lagu, Tapi Karena Tuhan
Ratapan 3:40-41 (TB) Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN.
Marilah kita mengangkat hati dan tangan kita kepada Allah di sorga:
Shalom, Puji nama Tuhan Yesus Kristus, bersyukur saudara-saudari yang terkasih CMNC's terus bertumbuh didalam pengenalan akan Allah yang benar melalui pengajaran dan kesaksian.
Penulis bersyukur karena kasih karunia Allah, kita ada sebagaimana kita ada sekarang, dan kasih karunia yang diberikannya kepada gerejaNya tidak sia-sia. Penulis berdoa: Biarlah bertambah-tambah iman dan kasih kepada Allah dan seorang akan yang lain, serta menguduskan pribadi gerejaNya seutuhnya sehingga roh, jiwa, tubuhnya terpelihara sempurna.
Tuhan melayakkan gerejaNya bagi panggilan Kristus dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendak gerejaNya untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman. Supaya dalam nama Yesus, Tuhan kita dimuliakan didalam gerejaNya dan gerejaNya di dalam Kristus, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.
Biarlah Tuhan memberikan Roh hikmat dan wahyu mengajarkan gerejaNya untuk mengenal Allah dengan benar. Hari ini bukalah hati dan pikiran gereja Tuhan untuk belajar tentang:
Mengubah Kebiasaan Menjadi Perjumpaan Kristus Secara Pribadi dan Korporat dalam Komunitas Orang Percaya.
Ketika penulis membaca sebuah kitab, salah satu tulisan dari nabi Yeremia yaitu Ratapan. Kitab ini mungkin jarang diajarkan karena banyak mengandung hal-hal kesukaran, kesedihan dan kepedihan nabi Yeremia dan bangsa Israel setelah kehancuran Yerusalem oleh Babel pada tahun 586 SM. Kitab ini berisi ratapan, pengakuan dosa dan permohonan pemulihan dari umat yang tertindas.
Pasal 3 dari Kitab Ratapan ini, merupakan bagian yang sangat personal. Yeremia menyuarakan penderitaan seorang individu sebagai simbol dari penderitaan seluruh umat. Di tengah ratapan, muncul pengharapan dan seruan untuk kembali kepada Tuhan.
Ratapan 3:39-42 (TB) Mengapa orang hidup mengeluh? Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya!
Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN.
Marilah kita mengangkat hati dan tangan kita kepada Allah di sorga:
Kami telah mendurhaka dan memberontak, Engkau tidak mengampuni.
Ayat 39–42 menggambarkan tobat nasional. Nabi mengajak seluruh umat untuk mengakui dosa, bertobat, dan merendahkan diri di hadapan Allah.
Terjemahan asli Ibrani dari Ratapan 3:41 berbunyi:
נִשָּׂא לְבָבֵנוּ אֶל־כַּפַּיִם אֶל־אֵל בַּשָּׁמָיִם׃
Nissa levavenu el-kappayim el-El bashamayim
Kata Ibrani Transliterasi Arti Harfiah
נִשָּׂא nissá kita angkat / biarlah kita angkat
לְבָבֵנוּ levavenu hati kita
אֶל־כַּפַּיִם el-kappáyim kepada (beserta) telapak tangan
אֶל־אֵל el-El kepada Allah
בַּשָּׁמָיִם bashamáyim di langit / di surga
Ada satu kata kunci di sini, yaitu כַּפַּיִם (kappayim), yang secara literal berarti dua telapak tangan. Jadi bukan hanya tangan secara umum, tetapi telapak tangan yang terangkat — ini melambangkan sikap doa, penyerahan, dan permohonan.
Apakah maknanya, ini sebuah bentuk sikap paksaan atau kerelaan hati ? Nilai apa yang terkandung didalamnya?
Frasa dalam Ibrani:
נִשָּׂא לְבָבֵנוּ אֶל־כַּפַּיִם אֶל־אֵל בַּשָּׁמָיִם
Nissá levavénu el-kappayim el-El bashamayim
adalah bentuk Qal imperatif cohortatif 1 jamak (kami/marilah kita).
Dalam bahasa Ibrani alkitabiah, bentuk ini memang sering digunakan untuk ajakan penuh tekad atau intensitas, bukan hanya sekadar saran ringan.
Cohortative = ajakan yang datang dari hati yang terdorong kuat, bisa bernuansa:
ajakan bersama (voluntatif),
dorongan kuat yang bisa terasa seperti desakan.
Kalimat ini adalah ajakan (invitation), bukan paksaan (coercion) secara literal, tapi disampaikan dengan nada mendesak, bahkan seperti memaksa secara emosional atau spiritual.
Contohnya dalam konteks Ratapan 3:
Yeremia melihat kehancuran dan dosa umat.
Ia tidak bisa menoleransi kebekuan hati umat, jadi ajakannya keras dan mendalam.
Ia menggunakan bentuk bahasa yang membuat pembaca/penerima merasa terdesak untuk bertindak.
Contoh lain :
Mazmur 95:6 – "Masuklah, marilah kita sujud menyembah"
Dalam Ibrani: בֹּאוּ נִשְׁתַּחֲוֶה
= bentuk ajakan yang bersifat kuat, seperti panggilan rohani yang tidak bisa diabaikan.
Jadi kalau demikian, relevansi apakah yang terjadi ketika pujian penyembahan waktu secara pribadi datang menyembah Tuhan? Dan bagaimana seorang Worship Leader atau Pemimpin Pujian (Imam Pujian) menginstruksikan mengangkat hati dan telapak tangan saat ibadah bersama-sama orang percaya?
Dalam penyembahan pribadi ataupun korporat:
Hal yang perlu dipahami terlebih dahulu:
1. Penyembahan bersifat pribadi → Tuhan mencari hati, bukan sekadar tindakan lahiriah (Yohanes 4:24).
2. Penyembahan adalah respons, bukan rutinitas → Kita menyembah karena kenal siapa Tuhan itu dan karakter atau sifat-sifatNya, bukan karena semua orang melakukannya.
3. Penyembahan lahir dari relasi, bukan formalitas → Tuhan lebih rindu perjumpaan, bukan pertunjukan.
Dalam hal ibadah korporat:
Ratapan 3:41 adalah ajakan pertobatan dalam suasana duka kolektif, tetapi sarat kerinduan akan pemulihan. Sebagai worship leader, ini berarti kamu perlu menangkap:
- Bahwa penyembahan bukan hanya ekspresi sukacita, tetapi juga tempat pengakuan dosa dan pemulihan.
- Ayat ini mengajarkan bahwa penyembahan sejati melibatkan hati dan tindakan — bukan hanya suara, musik, atau lirik.
Call to Action (CTA):
➡️ Bangun suasana penyembahan yang mengizinkan umat untuk membuka hati mereka secara jujur, bukan hanya mengikuti alur liturgis.
➡️ Arahkan umat untuk menyadari bahwa Allah di surga adalah tujuan utama, bukan hanya perasaan kita sendiri.
Sebagai worship leader yang menanggapi Ratapan 3:41, sahabat Kristus CMNC's dipanggil untuk:
1. Menyampaikan kebenaran dengan kasih dan ketegasan rohani.
2. Menjadi teladan dalam kerendahan hati, bukan sekadar pemandu lagu.
3. Menghadirkan atmosfer yang memberi ruang bagi umat untuk benar-benar merespons Allah — bukan hanya bernyanyi, tetapi menyembah dengan hati yang terbuka dan tangan yang terangkat.
Bagaimana mengharapkan jemaat Tuhan sungguh-sungguh jujur dan tulus menyembah Allah dan Bapa di sorga dan tidak ikut-ikutan?
Disclaimer:
"Sikap menyembah kepada Allah dan Bapa di sorga tidak berguna "jika ikut-ikutan".
Yohanes 4:24 (TB) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
Jonathan Edwards:
“Emosi dalam penyembahan hanya bernilai jika lahir dari kebenaran. Penyembahan yang murni adalah api yang dinyalakan oleh pengenalan yang benar akan Allah.”
1. Emosi itu penting, tapi tidak boleh menjadi pusat dari penyembahan. Banyak orang mengira bahwa penyembahan yang “berhasil” adalah yang emosional—menangis, terharu, atau terangkat suasananya. Tapi bagi Edwards, emosi tanpa kebenaran itu kosong, bahkan bisa menyesatkan.
2. Kebenaran adalah dasar penyembahan. Kebenaran tentang siapa Allah (sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab) harus menjadi sumber dan pemicu penyembahan. Kalau kita menyembah tanpa mengenal Allah yang sejati, itu seperti menyalakan api tanpa bahan bakar yang benar.
3. Penyembahan sejati adalah respon, bukan rekayasa suasana. Saat kita mengenal Allah dengan benar (melalui firman, pengajaran, dan pengalaman iman yang sejati), maka hati kita tersentuh dan secara alami muncul emosi seperti kagum, takut akan Tuhan, syukur, dan kasih.
Seorang worship leader atau jemaat tidak boleh hanya mencari suasana yang menyentuh perasaan, tapi harus menyampaikan dan mengalami kebenaran Injil, supaya emosi yang muncul itu tulus, bukan karena suasana atau musik semata, tapi karena pengenalan akan siapa Allah itu.
Kalau demikian sikap seperti apa yang berkenan dihadapan Allah? Dan bagaimana sebagai Worship Leader untuk mengarahkan jemaat pada saat beribadah dalam perkumpulan komunitas orang percaya?
Elisabeth Elliot berkomentar:
“Penyembahan bukan soal perasaan. Ini adalah tindakan iman dan disiplin hati. Kita menyembah karena Dia layak, bukan karena kita sedang merasa terangkat.”
“Penyembahan bukan ikut-ikutan. Tapi perjumpaan.”
“Tuhan lebih rindu hatimu daripada gerakanmu.”
Seorang worship leader otentik adalah yang:
- Menyembah lebih dulu daripada menyuruh orang menyembah.
- Tidak takut menunjukkan kerapuhan atau kejujuran, jika itu membawa jemaat kepada Tuhan.
- Mengarahkan jemaat pada perjumpaan dengan Tuhan, bukan hanya pada penampilan musik.
Ketika gereja Tuhan mau dan rela mengangkat tangan dan hati maka ia bukan hanya bernyanyi dan memuji Allah, namun ia sedang mengakui segala kelemahan dan keterbatasannya dengan bertobat sungguh-sungguh, dan menerima rahmat dan kasihNya sebab ia mengenal dan mempercayai karakter Allah dan PribadiNya yang sesungguhnya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. Amin 🙏.
Soli Deo Gloria — Segala Kemuliaan hanya bagi Allah.
***Silahkan sahabat Kristus CMNC dapat men-sharingkan link renungan ini sekiranya dapat membangun iman gereja Tuhan lainnya, sebab semua hal ini hanya bagi kemuliaan Kristus saja. God bless you
Komentar
Posting Komentar
FORM DOA