Minyak yang Tak Habis: Mujizat di Tengah Kekurangan
2 Raja-raja 4:2 (TB) Jawab Elisa kepadanya: "Apakah yang dapat kuperbuat bagimu? Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kaupunya di rumah." Berkatalah perempuan itu: "Hambamu ini tidak punya sesuatu apa pun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak."
Shalom, Puji nama Tuhan Yesus Kristus, bersyukur saudara-saudari yang terkasih CMNC's terus bertumbuh didalam pengenalan akan Allah yang benar melalui pengajaran dan kesaksian.
Penulis bersyukur karena kasih karunia Allah, kita ada sebagaimana kita ada sekarang, dan kasih karunia yang diberikannya kepada gerejaNya tidak sia-sia. Penulis berdoa: Biarlah bertambah-tambah iman dan kasih kepada Allah dan seorang akan yang lain, serta menguduskan pribadi gerejaNya seutuhnya sehingga roh, jiwa, tubuhnya terpelihara sempurna.
Tuhan melayakkan gerejaNya bagi panggilan Kristus dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendak gerejaNya untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman. Supaya dalam nama Yesus, Tuhan kita dimuliakan didalam gerejaNya dan gerejaNya di dalam Kristus, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.
Biarlah Tuhan memberikan Roh hikmat dan wahyu mengajarkan gerejaNya untuk mengenal Allah dengan benar. Hari ini bukalah hati dan pikiran gereja Tuhan untuk belajar tentang:
Ketika semua tampak habis, Tuhan masih bisa membuat sesuatu dari yang sedikit.
“Tuhan tidak mencari bejana dari emas atau perak, tetapi Ia mencari bejana yang berserah.”— Kathryn Kuhlman.
Di tengah tekanan hidup, banyak dari kita bertanya:
“Apakah Tuhan peduli saat aku sudah tidak punya apa-apa lagi?”
Seorang janda dalam 2 Raja-raja 4:1–7 mungkin pernah bertanya hal yang sama. Suaminya yang seorang nabi telah meninggal. Ia tidak hanya berduka, tapi juga terlilit utang. Penagih ingin mengambil kedua anaknya sebagai budak. Dan satu-satunya yang ia miliki di rumah hanyalah sebuah buli-buli minyak kecil. Namun di sanalah Tuhan memilih hadir. Dan di situlah kita mulai belajar bahwa Allah peduli bahkan pada tangisan di balik pintu dapur yang tertutup.
Hal apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini:
1. Tuhan Peduli pada Masalah Pribadi
Perhatikan awal kisah ini: “Suami hambamu sudah mati... dan sekarang penagih hutang datang untuk mengambil kedua anakku.” (2 Raja-raja 4:1)
Ini bukan permintaan untuk bangsa Israel. Bukan soal politik kerajaan. Ini masalah ekonomi seorang janda anonim.
Dan Tuhan hadir.
Terkadang kita merasa urusan kita terlalu kecil bagi Allah. Tapi kisah ini berkata sebaliknya: Jika itu cukup besar untuk membuatmu menangis, maka itu cukup penting untuk menarik perhatian Tuhan.
"Bagi dunia kamu mungkin bukan siapa-siapa, tapi bagi Tuhan kamu adalah dunia." — Max Lucado
2. Tuhan Selalu Memulai dari Apa yang Masih Ada
Elisa bertanya: “Apa yang ada padamu di rumah?”
Janda itu menjawab: “Tidak ada apa-apa, kecuali buli-buli berisi minyak.”
Kadang kita terlalu sibuk meratapi apa yang tidak kita punya, sampai lupa bahwa Tuhan selalu memulai dengan apa yang ada di tangan kita. Musa hanya punya tongkat. Daud hanya punya umban. Janda ini hanya punya minyak.
Tuhan tidak butuh banyak. Dia hanya butuh kerelaan dan ketaatan.
“Jangan katakan kamu tidak punya apa-apa. Tuhan bisa mengubah ‘sedikit’ menjadi ‘lebih dari cukup’.” — Charles Spurgeon
Ini bukan sekadar percakapan biasa, melainkan prinsip ilahi yang dalam:
Tuhan seringkali tidak bekerja dari kekosongan mutlak, tetapi dari sisa yang diremehkan.
Charles Spurgeon berkata:
“Bukan seberapa banyak yang kamu miliki, tetapi seberapa besar Tuhan hadir dalam apa yang kamu miliki.”
Tuhan bertanya bukan karena Ia tidak tahu, tetapi karena Ia ingin mengaktifkan iman si janda terhadap apa yang masih ia miliki. Kita pun kerap terlalu fokus pada apa yang hilang, dan melupakan bahwa Tuhan bisa melakukan hal besar dari “yang tersisa”.
3. Iman dan Ketaatan Membuka Jalan Mujizat
Apa jawaban Elisa? “Pergilah, mintalah bejana kosong sebanyak-banyaknya dari semua tetanggamu... lalu tuanglah minyak itu.”
Elisa menyuruh janda itu untuk meminjam bejana kosong sebanyak mungkin, lalu menuangkan minyak dari buli-buli kecil itu ke dalam bejana-bejana tersebut.
Logikanya? Nol besar. Bagaimana mungkin buli-buli kecil bisa mengisi puluhan bejana?
Namun sang janda tidak menanyakan perhitungan—dia hanya taat.
Di sinilah iman bertemu dengan tindakan nyata.
Iman kadang tidak dimulai dengan pemahaman, tapi dengan langkah. Mujizat bukan terjadi saat kita mengerti segalanya, tapi saat kita melangkah walau belum mengerti apa-apa.
"Ketaatan adalah jembatan dari keterbatasan manusia menuju kuasa Allah." — Watchman Nee
Tim Keller pernah berkata:
“Iman bukanlah ketiadaan logika, tapi kehadiran ketaatan bahkan ketika logika tidak bisa menjelaskan segalanya.”
Seringkali kita menunggu mujizat dulu baru mau melangkah. Tapi dalam Kerajaan Allah, ketaatan sering menjadi pintu masuk bagi mujizat.
4. Mujizat Terjadi dalam Komunitas
Janda itu tidak bisa menjalani proses ini sendirian. Ia harus mengetuk pintu-pintu tetangganya, meminjam bejana dari rumah ke rumah.
Mujizatnya bersifat pribadi, tapi prosesnya melibatkan komunitas.
Kita sering berpikir bahwa iman itu perjalanan soliter. Tapi bahkan dalam kisah ini, Tuhan mengundang orang lain untuk menjadi bagian dari proses penyelamatan.
“Kekristenan bukan panggilan untuk hidup sendiri, tapi untuk hidup bersama dan saling menopang.” — Dietrich Bonhoeffer
5. Tuhan Memberi Lebih dari Cukup
Setelah semua bejana terisi, sang janda kembali kepada Elisa. Ia tak hanya melunasi hutangnya, tapi juga “hidup dari sisanya.”
Tuhan tidak hanya menghentikan krisis. Ia membalikkan keadaan. Yang semula menjadi titik terendah hidupnya, kini menjadi sumber kehidupan mereka.
Tuhan kita bukan Tuhan yang setengah hati. Dia adalah Allah yang berkelimpahan kasih dan pemeliharaan.
Yang menakjubkan dari kisah ini adalah bahwa minyak hanya berhenti mengalir ketika tidak ada bejana lagi.
Leonard Ravenhill berkata:
“Roh Kudus hanya mengisi apa yang kosong.”
Minyak melambangkan berkat, urapan, dan pemeliharaan Tuhan. Tapi Tuhan tidak akan mencurahkan apa pun jika tidak ada ruang kosong—tidak ada hati yang siap, tidak ada iman yang terbuka.
Pelajaran pentingnya:
Tuhan mencurahkan sesuai ruang yang kita sediakan.
Selama ada bejana kosong, ada berkat yang masih bisa dicurahkan.
Mungkin hidupmu hari ini seperti buli-buli yang hampir kosong. Masalahmu masih ada ntah itu masalah keuangan, keluarga yang terancam berantakan, atau kecemasan yang membebani jiwa.
Kabar baiknya: Tuhan masih memakai minyak yang tersisa.
Asal kamu bersedia taat. Asal kamu rela melangkah.
Dan ya, asal kamu mau mengetuk pintu dan berkata, “Aku butuh bejana.”
Mujizat masih mungkin terjadi—bukan karena kita hebat, tapi karena Dia masih setia.
Jangan remehkan air mata di dapurmu, doamu yang lirih, atau minyak kecil yang tersisa di tanganmu. Dalam hal-hal kecil itulah, Tuhan sering menyatakan kuasa-Nya yang besar. Ia tidak menunggu kita punya banyak—Dia hanya menunggu kita percaya dan taat.
Efesus 3:20 (TB) Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,
“Lakukan apa yang kamu bisa, dengan apa yang kamu miliki, dan serahkan sisanya kepada Tuhan.”— Corrie ten Boom
Sebab di tangan Tuhan, yang sedikit bisa menjadi limpah, dan yang hampir habis bisa menjadi awal dari mujizat besar.
Tuhan Yesus Kristus memberkati. Amin 🙏
Soli Deo Gloria — Segala Kemuliaan hanya bagi Allah.
***Silahkan sahabat Kristus CMNC dapat men-sharingkan link renungan ini sekiranya dapat membangun iman gereja Tuhan lainnya, sebab semua hal ini hanya bagi kemuliaan Kristus saja. God bless you
Komentar
Posting Komentar
FORM DOA