05 Juni 2025 | CARA ALLAH BEKERJA | Series: Menghidupi Kuasa Kebangkitan-Nya | Pengajaran Saat Teduh

Iman yang Bertahan di Tengah Penderitaan


Ayub 5:17-18 (TB)  Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. 
Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula. 

Shalom, Puji nama Tuhan Yesus Kristus, bersyukur saudara-saudari yang terkasih CMNC's terus bertumbuh didalam pengenalan akan Allah yang benar melalui pengajaran dan kesaksian. 

Penulis bersyukur karena kasih karunia Allah, kita ada sebagaimana kita ada sekarang, dan kasih karunia yang diberikannya kepada gerejaNya tidak sia-sia. Penulis berdoa: Biarlah bertambah-tambah iman dan kasih kepada Allah dan seorang akan yang lain, serta menguduskan pribadi gerejaNya seutuhnya sehingga roh, jiwa, tubuhnya terpelihara sempurna.

Tuhan melayakkan gerejaNya bagi panggilan Kristus dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendak gerejaNya untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman. Supaya dalam nama Yesus, Tuhan kita dimuliakan didalam gerejaNya dan gerejaNya di dalam Kristus, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.

Biarlah Tuhan memberikan Roh hikmat dan wahyu mengajarkan gerejaNya untuk mengenal Allah dengan benar. Hari ini bukalah hati dan pikiran gereja Tuhan untuk belajar tentang:

Pelajaran dari Ayub: Ketika Segalanya Hilang, Apakah Tuhan Masih Cukup?

Siapakah Ayub? 
Ayub 1:1 (TB)  Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.

Di tanah Us (kemungkinan besar berada di sebelah timur Israel deka Edom) adalah seorang laki-laki bernama Ayub. Alkitab memperkenalkan Ayub bukan hanya sebagai orang kaya dan berpengaruh, tetapi lebih penting lagi, sebagai pribadi yang saleh di hadapan Allah dan dipuji oleh Allah. Ada 4 pujian dari Allah yang dicatat dalam Alkitab. 

1. Saleh (תָּם, tam) → “Tulus hati” atau “Tak bercela”
→ Menggambarkan keutuhan moral, bukan orang yang sempurna tanpa dosa, tetapi hidup dengan hati yang bersih dan utuh di hadapan Tuhan.

2. Jujur (יָשָׁר, yashar) → “Lurus hidupnya” atau “berintegritas”
→ Menyiratkan kejujuran, integritas, konsistensi antara perkataan dan tindakan.

3. Takut akan Allah (יִרְאֵ֣ה אֱלֹהִ֔ים, yir’e Elohim) → “Menghormati dan hidup dalam hormat kepada Allah”
→ Takut di sini bukan rasa takut karena ancaman, tapi penghormatan yang dalam dan tunduk secara penuh.

4. Menjauhi kejahatan (סָֽר מֵרָע, sar mera) → “Aktif menjauhkan diri dari kejahatan”
→ Menandakan gaya hidup aktif dalam penolakan terhadap dosa, bukan sekadar pasif tidak berbuat jahat.

Ini menarik sekali ternyata TUHAN Allah tidak anti yang namanya kesalehan atau ketulusan hati, motivasi untuk mengenal Allah sungguh-sungguh, menjaga hidup benar dihadapan Allah, sekalipun hal itu tidak membawa keselamatan jiwa.

Ketika Allah memuji Ayub di hadapan para makhluk sorgawi, termasuk Iblis (Ayub 1:8), Allah menyebut keempat kualitas itu lagi. Namun, perhatikan respons Iblis:

Ayub 1:9 (TB) “Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?”

Perhatikan cara Iblis berstrategi, bahwa dikatakan "apakah dengan tidak mendapat apa-apa...," Iblis sedang berusaha untuk memutarbalikkan perkataan firman, dari perspektif Allah, bahwa motivasi Ayub murni, menjadi diragukan: seolah-olah Iblis ingin berkata: benar murni...? Atau tujuannya mencari keuntungan pribadi dari kemurahan Allah". Dan itu pun didorong lagi bahwa Iblis hanya menyebut satu dari empat karakter Ayub—yaitu “takut akan Allah.” Mengapa Iblis hanya fokus kepada satu hal tersebut?

Iblis saat itu sedang menggugat motif Ayub, kemudian memutarbalikkan fakta kebenaran menuduh Allah dengan catatan bahwa berkat bagi Ayub adalah "manipulasi dari Allah" sehingga Ayub takut akan Allah dan taat beribadah kepada Allah, lalu mengusulkan ujian dengan melalui penderitaan untuk menguji iman Ayub.

Iblis tahu betul bahwa “takut akan Allah” adalah dasar dari semua keutamaan Ayub. Jika rasa hormat dan ketaatan Ayub kepada Allah dapat digoyahkan, maka integritasnya akan ikut hancur.

Andrew Wommack berpendapat bahwa: “Iblis menantang motivasi Ayub. Ia berpikir Ayub hanya setia karena diberkati.”

Billy Graham menulis
“Kesetiaan sejati kepada Tuhan diuji bukan saat berkat dicurahkan, tapi saat semuanya diambil.”

Dalam hal ini, Iblis mempertanyakan motivasi Ayub, bukan perilakunya.

Inilah ujian motif: Apakah Ayub tetap mengasihi Tuhan bukan karena berkat, tapi karena pribadi-Nya?

John Stott berkata:
“Iblis tidak takut pada ibadah, ia takut pada motivasi hati yang murni dalam beribadah.”

2. Penderitaan: Didikan dari Kasih Allah

Ayub 5:17-18 (TB)  Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. 
Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula. 

Penderitaan Ayub bukan karena dosa, melainkan sebagai proses pemurnian iman. Seperti emas yang diuji dalam api, iman Ayub diuji melalui kehilangan dan rasa sakit.

Amsal 3:11-12 (TB)  Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. 
Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. 

Matthew Henry berkata:
Didikan dari Allah bisa menyakitkan, tetapi itu adalah tanda bahwa kita adalah milik-Nya dan sedang dipersiapkan untuk berkat yang lebih besar.

Tim Keller menambahkan:
“Penderitaan adalah seperti pisau bedah di tangan seorang dokter. Ya, itu menyakitkan, tapi bukan untuk menghancurkan — melainkan untuk menyembuhkan.”

Tuhan mengizinkan penderitaan bukan karena Ia kejam, tetapi karena Ia memurnikan iman kita, mengikis ketergantungan pada berkat, dan menumbuhkan keintiman sejati dengan-Nya.

3. Firman Tuhan Menyatakan Isi Hati.

Ibrani 4:12-13 (TB)  Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. 
Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

Di sepanjang kitab Ayub, khususnya dari pasal 3 sampai sekitar pasal 31, Ayub meluapkan isi hatinya: keluh kesah, pertanyaan tajam kepada Tuhan, bahkan kemarahan dan kekecewaannya terhadap situasi yang dia alami.

Ayub tidak menutupi isi hatinya. Ia jujur dalam penderitaannya. Contoh:

Ayub 10:3 (VMD)  Apakah Engkau senang menyakiti aku? Apakah Engkau senang melupakan aku sambil tersenyum terhadap perkataan orang jahat?

Ayub secara tidak langsung mengalami pekerjaan dari Firman Allah yang “menusuk sampai memisahkan jiwa dan roh”. Dalam penderitaannya, hati Ayub dikupas sampai terdalam. Tidak ada lapisan kepura-puraan. Keluhannya mencerminkan jiwa yang sedang berinteraksi langsung dengan realitas Allah.

Ayub mengalami “otopsi rohani” oleh Firman yang hidup.

Ibrani 4:13 menyatakan bahwa “segala sesuatu telanjang dan terbuka” di hadapan Allah. Ini benar-benar nyata dalam hidup Ayub. Meski teman-temannya menilai dari luar, Tuhan melihat hati Ayub.

Ayub pun tidak bisa menyembunyikan apapun:
Ayub 7:17-18 (BIMK)  Mengapa manusia begitu penting bagi-Mu? Mengapa tindakannya Kauperhatikan selalu? 
Kauselidiki dia setiap pagi, dan setiap saat dia Kauuji. 

Ayub menantang Allah dengan kejujuran—dan itu membuktikan bahwa ia tidak berpura-pura.

Tim Keller:
“Ayub tidak diberi jawaban langsung, tetapi ia diberi perjumpaan dengan Allah. Penderitaannya menjadi lensa untuk menyelami isi hatinya sendiri, dan Allah menyatakan kasih-Nya di tengah luka itu.”

Philip Yancey:
“Ayub tidak pernah berdosa dalam keluhannya. Ia hanya jujur. Dan kejujuran itu adalah bentuk iman yang sejati.”

Dan seperti Ayub, Tuhan lebih menghargai hati yang jujur daripada mulut yang pura-pura rohani.

Relevansi bagi Kita Hari Ini:
  • Kita diajak untuk tidak menutupi isi hati kita di hadapan Tuhan.
  • Firman Allah memurnikan motivasi kita, sama seperti Ayub.
  • Allah tidak menilai kita hanya dari perkataan kita, tetapi dari hati yang menjadi sumbernya.
  • Dalam penderitaan, kita diproses bukan untuk dihancurkan, tetapi untuk dibuka dan dibentuk.
4. Pemulihan: Tuhan Tidak Lupa Janji-Nya

Ayub 42:10 (TB)  Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu. 

Setelah proses yang panjang, Tuhan bukan hanya memulihkan harta Ayub, tetapi juga relasi dan pengertian spiritualnya. Ayub menjadi pribadi yang lebih dewasa secara rohani.

Rick Warren berkata:
“Tuhan tidak akan membuang proses yang menyakitkan. Dia mengubahnya menjadi bagian dari rencana-Nya

Ayub 42:5 (TB)  Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. 

Menarik sekali ayat ini, Ayub orang saleh, jujur, takut akan Allah, menjauhi kejahatan namun belum benar-benar memiliki pengertian yang benar tentang Allah, dan dia mengakui dengan jujur dihadapan Allah.  

Dari pengalaman logos (pengetahuan) berubah mengalami pengalaman rhema, perkataan firman yang langsung diterima Ayub. 

Billy Graham:
Penderitaan kadang menjadi jalan untuk melihat Tuhan dengan mata iman yang lebih tajam daripada ketika semuanya baik-baik saja.”

Relevansi untuk gereja Tuhan saat ini:
Kita hidup di zaman yang mendewakan kenyamanan, namun iman diuji dalam penderitaan.

Kita perlu mengajarkan jemaat bahwa berkat bukanlah ukuran utama kasih Tuhan, tetapi pengharapan dan ketekunan dalam iman.

Steven Furtick mengingatkan: 
“Kadang Tuhan tidak menyelamatkan kita dari api, karena Dia ingin menyelamatkan kita melalui api.”

“Penderitaan bukan akhir dari cerita iman—itu adalah tempat Tuhan membuktikan bahwa kasih-Nya cukup, bahkan ketika segalanya tidak lagi cukup.” 

Tuhan Yesus Kristus memberkati. Amin.

Soli Deo Gloria — Segala Kemuliaan hanya bagi Allah.

***Silahkan sahabat Kristus CMNC dapat men-sharingkan link renungan ini sekiranya dapat membangun iman gereja Tuhan lainnya, sebab semua hal ini hanya bagi kemuliaan Kristus saja. God bless you


Komentar