04 Juni 2025 | CARA ALLAH BEKERJA | Series: Menghidupi Kuasa Kebangkitan-Nya | Pengajaran Saat Teduh

Diam dan Percaya: Ketika Allah yang Berperang



Keluaran 14:10-14 (BIMK)  Ketika orang Israel melihat raja Mesir dan tentaranya datang, mereka sangat ketakutan dan berteriak kepada TUHAN minta pertolongan. 
Kata mereka kepada Musa, "Apakah di Mesir tidak ada kuburan, sehingga engkau membawa kami supaya mati di tempat ini? Lihatlah akibat perbuatanmu itu! 
Dahulu di Mesir sudah kami katakan bahwa hal ini akan terjadi! Kami sudah mendesak supaya engkau jangan mengganggu kami, tetapi membiarkan kami tetap menjadi budak di Mesir. Lebih baik menjadi budak di sana daripada mati di padang gurun ini!" 
Musa menjawab, "Jangan takut! Bertahanlah! Kamu akan melihat apa yang dilakukan TUHAN untuk menyelamatkan kamu. Orang Mesir yang kamu lihat sekarang, tak akan kamu lihat lagi. 
TUHAN akan berjuang untuk kamu, dan kamu tak perlu berbuat apa-apa." 


Shalom, Puji nama Tuhan Yesus Kristus, bersyukur saudara-saudari yang terkasih CMNC's terus bertumbuh didalam pengenalan akan Allah yang benar melalui pengajaran dan kesaksian. 

Penulis bersyukur karena kasih karunia Allah, kita ada sebagaimana kita ada sekarang, dan kasih karunia yang diberikannya kepada gerejaNya tidak sia-sia. Penulis berdoa: Biarlah bertambah-tambah iman dan kasih kepada Allah dan seorang akan yang lain, serta menguduskan pribadi gerejaNya seutuhnya sehingga roh, jiwa, tubuhnya terpelihara sempurna.

Tuhan melayakkan gerejaNya bagi panggilan Kristus dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendak gerejaNya untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman. Supaya dalam nama Yesus, Tuhan kita dimuliakan didalam gerejaNya dan gerejaNya di dalam Kristus, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.

Biarlah Tuhan memberikan Roh hikmat dan wahyu mengajarkan gerejaNya untuk mengenal Allah dengan benar. Hari ini bukalah hati dan pikiran gereja Tuhan untuk belajar tentang:

Ketika Terjepit Di Antara Mesir dan Laut Teberau: TUHAN (YHWH) Berperang Dan Bangsa Israel Diam Saja.

Ketika Jalan Seolah Buntu — Bayangkan jika kamu berdiri di pinggir Laut Teberau. Di depanmu ada laut luas, di belakangmu pasukan Firaun bersenjata penuh, dan di sekelilingmu ada bangsa yang mulai panik. Itu bukan hanya ketegangan fisik, tapi juga ujian iman.

Orang Israel berseru-seru ketakutan dan menyalahkan Musa. “Kenapa kamu membawa kami keluar? Bukankah lebih baik kami tetap jadi budak?” Ini adalah suara dari hati yang tidak lagi melihat kemuliaan Tuhan, tetapi lebih melihat masalah.


Keluaran 14:13 (BIMK)  Musa menjawab, "Jangan takut! Bertahanlah! Kamu akan melihat apa yang dilakukan TUHAN untuk menyelamatkan kamu..."

Keluaran 14:14 (TB)  TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." 

Pertanyaan refleksi:
Kalau memang bangsa Israel dipilih Allah untuk keluar dari Mesir ke tanah perjanjian mengapa dibiarkan terjepit masalah dan tidak dapat berbuat apa-apa ?

Karena memang itulah bagian dari rencana Tuhan.

Keluaran 14:4 (BIMK)  Aku akan menjadikan dia keras kepala sehingga ia mengejar kamu. Tetapi Aku akan menunjukkan kekuasaan-Ku atas raja Mesir dan tentaranya, dan mereka akan tahu bahwa Akulah TUHAN." Lalu orang Israel berbuat seperti yang diperintahkan TUHAN kepada mereka. 

Firman Allah telah ditetapkan, bangsa Israel ketika terjepit melupakan apa yang telah difirmankan. Tidak kebetulan Firaun dan pasukannya mengejar bangsa Israel, semua atas kehendak TUHAN Allah yang bertujuan untuk :
  • Masalah Besar = Panggung Kemuliaan Kebesaran Allah. Menyatakan kemuliaan-Nya sehingga bangsa Israel menghormati dan mengakui kedaulatan Allah dan siapa Allah sebenarnya.
  • Musuh-musuhNya dikalahkan total
  • Supaya bangsa Israel menyadari bahwa "penyelamatan atas mereka" bukan karena perbuatan mereka tapi kasih karunia yang diberikan atas mereka dari TUHAN Allah.
  • Supaya bangsa Israel taat dan percaya kepada TUHAN Allah.
Mari kita renungkan tiga pelajaran penting dari peristiwa ini, dan bagaimana pesan ini berbicara langsung pada hidup kita hari ini:

1. Iman Sejati Terlihat Saat Kita Terjepit

Saat masalah datang, kita seringkali lupa siapa Tuhan kita. Orang Israel sudah melihat mujizat demi mujizat—sepuluh tulah yang menghancurkan Mesir, tiang awan dan tiang api yang menuntun mereka keluar. Namun saat bahaya mendekat, mereka berkata:

“Bukankah lebih baik kami bekerja pada orang Mesir daripada mati di padang gurun ini?”

Sebuah jawaban yang menurut saya sebagai ungkapan penyesalan, ketakutan yang ekstrem, penolakan dan bahkan mental budak. 

Hal ini terjadi karena krisis identitas & iman, sehingga terjadi konflik batin:
  • Di satu sisi, mereka melihat janji kemerdekaan.
  • Di sisi lain, mereka masih mengikatkan diri pada rasa aman palsu di Mesir.
Mereka belum sepenuhnya percaya bahwa berjalan bersama Tuhan lebih baik daripada hidup “aman” tanpa-Nya.

“Kekhawatiran tidak mengosongkan kesedihan hari esok, tetapi menguras kekuatan hari ini.” —  Corrie ten Boom.

Mereka secara generasi terbiasa hidup sebagai budak, tanpa inisiatif atau kepemimpinan sendiri.

Mereka mengalami trauma budaya dan mentalitas inferior — mereka tidak tahu bagaimana hidup merdeka.

Dalam psikologi modern, ini seperti “sindrom Stockholm spiritual”: lebih nyaman di penindasan yang familiar daripada kebebasan yang belum pasti.

C.S. Lewis, dalam The Screwtape Letters, menulis:
“Keberanian bukanlah tidak adanya ketakutan, tetapi keengganan untuk menyerah padanya.”

Inilah kenyataan iman: iman bukan diuji saat segalanya baik-baik saja, tapi saat situasi di luar kendali.

Orang Israel menyerah pada ketakutan. Tapi Musa memilih keberanian dalam iman, dan mengajak bangsa itu untuk melihat dengan kacamata rohani, bukan kacamata duniawi.

Charles Spurgeon berkata:
"Allah adalah ahli membuka jalan, bahkan saat tidak ada jalan. Laut yang paling dalam pun tunduk kepada perintah-Nya.”

Ketika kita terjepit, itu bukan berarti Allah meninggalkan kita. Bisa jadi, itulah saat kita akan menyaksikan mujizat terbesar-Nya.

2. Berserah Bukan Pasif, Tapi Percaya Aktif

Ibrani asli (kata "diam"):
תַּחֲרִשׁוּן (tacharishun) dari akar kata charash (חרש)
Arti dasar: berdiam, tenang, bungkam, tidak membalas, tidak reaktif.
Juga bisa berarti “menahan diri,” secara aktif memilih untuk tidak bertindak berdasarkan emosi atau ketakutan.

Ilustrasi:
Seorang prajurit muda berdiri di medan perang, melihat musuh datang. Panglimanya berkata, “Tetap tenang! Aku yang akan maju. Jangan bergerak!”
Sang prajurit tetap berdiri—tidak karena lemah, tapi karena dia percaya pada kekuatan panglimanya. Itu "charash" — diam yang percaya.

“Diam saja” bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Justru itu adalah sikap percaya sepenuhnya bahwa Allah sedang bekerja, walaupun kita belum melihatnya dengan mata jasmani.

Dalam dunia yang menuntut kita untuk selalu bergerak, menyelesaikan masalah sendiri, dan jadi "kuat", perintah untuk berhenti dan percaya terasa sangat asing. Namun justru di situlah letak kuasa rohani.
 
Dietrich Bonhoeffer, teolog Jerman yang mati martir, berkata:
“Berserah kepada Tuhan bukan berarti menghindari realitas, tetapi berani menghadapi realitas dengan keyakinan bahwa Tuhan tetap berdaulat.”

Jangan salah paham—diam di hadapan Tuhan bukanlah pasif. Itu adalah keputusan untuk percaya bahwa Tuhan sedang bekerja lebih hebat daripada yang bisa kita lakukan dengan kekuatan sendiri.

Christine Caine, pengkhotbah dan aktivis modern, juga berkata:
“Tuhan tidak memanggilmu untuk mengatur hasil, tapi untuk taat pada proses.”

Saat kita menyerahkan kendali, kita sedang mempercayakan hasil kepada Pribadi yang lebih tahu dan lebih mampu. Itulah iman aktif yang sejati.

3. Tuhan Berperang, Kita Percaya

Puncak dari narasi Musa adalah:

TUHAN akan berperang untuk kamu.”

Ini bukan metafora. Ini janji literal. Dalam ayat-ayat selanjutnya, Tuhan benar-benar membelah Laut Teberau, dan membinasakan tentara Mesir. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi dengan kekuatan manusia, tapi sangat mungkin bagi Tuhan.

Kadang kita berpikir kita harus jadi penyelamat hidup kita sendiri. Tapi itu bukan bagian kita. Tuhan memanggil kita untuk percaya dan taat, bukan untuk jadi juru selamat.

Tim Keller, penulis dan pendeta berpengaruh dari New York, menulis dalam The Reason for God:
“Allah tidak memberikan kita apa yang kita minta, tapi apa yang kita akan minta jika kita tahu segalanya seperti Dia.”

Artinya, bahkan saat kita tidak mengerti jalan Tuhan, kita bisa percaya bahwa rencana-Nya tetap sempurna.

Dan seperti yang dikatakan oleh Hudson Taylor, misionaris besar ke Tiongkok:
“Bekerja untuk Tuhan tidaklah sulit saat kita sadar bahwa Dialah yang memikul beban, bukan kita.”

Tuhan tahu kapan harus bertindak. Tugas kita adalah berdiri teguh dalam iman, dan menyaksikan pekerjaan-Nya yang luar biasa.

Apa yang bisa kita dapatkan untuk relevansi saat ini?
  • Lebih memilih pekerjaan yang “toxic” tapi aman, daripada ikut panggilan Tuhan yang tidak pasti.
  • Lebih nyaman hidup dalam dosa yang kita kenal, daripada menghadapi perubahan radikal dalam Tuhan.
  • Takut untuk taat sepenuhnya, karena artinya kita harus “mati” terhadap kendali diri kita.
kutipan John Ortberg:
"Iman adalah melangkah keluar bahkan ketika kamu takut—karena tinggal di dalam perahu mungkin terasa lebih aman, tetapi di sanalah Yesus tidak berada."

Makna kutipan ini menggambarkan dengan kuat bahwa:
Iman bukan tentang kenyamanan, tapi tentang keberanian untuk taat, meski takut.

Yesus hadir di tengah ketidakpastian, bukan di tempat yang kita anggap aman.

Ketika kita belajar bergantung kepada Tuhan seperti Musa, kita menyadari bahwa keterbatasan bukanlah penghalang, melainkan undangan untuk menyaksikan kuasa-Nya bekerja. Dalam setiap ketidakpastian, Tuhan selalu punya jalan. Maka, jangan takut melangkah—asal tangan kita tetap menggenggam tangan-Nya. Tuhan Yesus Kristus memberkati. Amin 🙏.

Soli Deo Gloria — Segala Kemuliaan hanya bagi Allah.

***Silahkan sahabat Kristus CMNC dapat men-sharingkan link renungan ini sekiranya dapat membangun iman gereja Tuhan lainnya, sebab semua hal ini hanya bagi kemuliaan Kristus saja. God bless you


Komentar