03 Juni 2025 | CARA ALLAH BEKERJA | Series: Menghidupi Kuasa Kebangkitan-Nya | Pengajaran Saat Teduh

Di Gunung Tuhan Akan Disediakan— Bergantung Kepada Allah Seperti Abraham


Ibrani 11:17-19 (TB)  Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,
walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu."  
Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.

Shalom, Puji nama Tuhan Yesus Kristus, bersyukur saudara-saudari yang terkasih CMNC's terus bertumbuh didalam pengenalan akan Allah yang benar melalui pengajaran dan kesaksian. 

Penulis bersyukur karena kasih karunia Allah, kita ada sebagaimana kita ada sekarang, dan kasih karunia yang diberikannya kepada gerejaNya tidak sia-sia. Penulis berdoa: Biarlah bertambah-tambah iman dan kasih kepada Allah dan seorang akan yang lain, serta menguduskan pribadi gerejaNya seutuhnya sehingga roh, jiwa, tubuhnya terpelihara sempurna.

Tuhan melayakkan gerejaNya bagi panggilan Kristus dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendak gerejaNya untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman. Supaya dalam nama Yesus, Tuhan kita dimuliakan didalam gerejaNya dan gerejaNya di dalam Kristus, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.

Biarlah Tuhan memberikan Roh hikmat dan wahyu mengajarkan gerejaNya untuk mengenal Allah dengan benar. Hari ini bukalah hati dan pikiran gereja Tuhan untuk belajar tentang:

Makna dari Abraham mempersembahkan Ishak, anaknya yang tunggal.

Di tengah dunia yang terus berubah, banyak orang mencari kepastian—tentang masa depan, tentang keuangan, tentang keluarga. Kita hidup di zaman di mana ketergantungan lebih banyak diberikan kepada sistem, teknologi, bahkan opini manusia.

Namun Alkitab menyuguhkan kontras yang tajam melalui kisah Abraham dan Ishak di Kejadian 22.

Allah meminta Abraham untuk mempersembahkan anaknya, Ishak, anak perjanjian yang ia tunggu selama puluhan tahun. Ini bukan hanya permintaan, tapi sebuah ujian iman dan ketaatan yang menantang seluruh logika manusia. Dari kisah ini, kita belajar apa artinya benar-benar bergantung kepada Allah — secara penuh, utuh, dan tidak bersyarat.

Kita akan melihatnya dalam empat poin yang didukung oleh ayat-ayat Alkitab dan pemikiran dari para tokoh Kristen yang mendalam.

πŸ“ Poin 1: Bergantung kepada Allah berarti melangkah dalam iman, bukan menunggu logika jelas

πŸ“– "Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham... lalu berangkatlah ia..."— Kejadian 22:3

Abraham tidak meminta penjelasan rinci, tidak menunda dengan alasan "doa puasa dulu", ia langsung taat. Ini iman yang aktif.

Bagaimana bisa Abraham bereaksi "langsung taat?" Apa yang mendasari hal tersebut? 

A.W. Tozer menjelaskan:
"Iman bukanlah kesimpulan logika, tetapi tindakan berdasarkan pada siapa Allah itu."

Andrew Wommack berkata:
Iman bukanlah menunggu bukti. Iman adalah bertindak atas firman Tuhan sebelum melihat hasilnya.”

Sejarah mencatat bahwa : 
Abraham mulai mengenal YHWH sejak dipanggil keluar dari Ur-Kasdim, di usia 75 tahun

πŸ“– Kejadian 12:1
"Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: 'Pergilah dari negerimu... ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.’"

Dari momen itu, Abraham memulai perjalanan iman dan relasi bersama Allah.

Berapa lama sampai Kejadian 22?
Saat Ishak dikorbankan, diperkirakan Ishak berusia antara 15–20 tahun.
➡️ Jadi sekitar 25–35 tahun setelah Abraham mulai mengenal YHWH!

Artinya:
Ketaatan besar itu bukan datang dari pengenalan yang dangkal atau instan, tetapi dari proses panjang yang penuh dengan jatuh bangun bersama Allah.— Theo Santa. 

Abraham belajar tentang artinya sebuah kesalahan-kesalahan waktu berjalan bersama YHWH, ia belajar dari kesalahan masa lalu.

Dari kegagalan tersebut, ia bangkit dan bertumbuh didalam pengenalan akan Tuhan Allah.

Pengalaman membentuk karakter — dan karakter membentuk ketaatan.

Oswald Chambers mengatakan:
Ketaatan yang besar lahir dari hubungan yang dalam, bukan dari perintah yang keras.


Kita tidak bisa mengklaim iman tanpa ketaatan. Semakin kita belajar taat, semakin kita mengenal karakter Allah.

Ilustrasi:
Pernahkah Anda duduk di kursi tanpa mengecek kekuatannya dulu? Kita duduk karena percaya bahwa kursi itu akan menopang kita. Kita tidak menyisakan berat tubuh, kita menyerahkan sepenuhnya.

Begitulah seharusnya bergantung kepada Allah.

Ada tertulis:
Amsal 3:5 (TB)  Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. 

Henry Blackaby mengatakan:
Jika kamu tahu bahwa Tuhan mengasihimu, maka kamu tak perlu meragukan arahan-Nya.

πŸ“ Poin 2:   Bergantung kepada Allah berarti menyerahkan hal yang paling berharga

πŸ“–πŸ“– "Ambillah anakmu yang tunggal itu..."
— Kejadian 22:2

Allah tidak meminta sesuatu yang tidak berarti. Ia menyentuh titik terdalam hati Abraham. Karena dari sanalah terlihat, apakah Allah benar-benar pusat dari hidup kita.

Abraham diminta menyerahkan yang ia cintai, bukan sesuatu yang ia anggap sepele.

Jim Elliot mengutip:
Ia bukan orang bodoh yang menyerahkan apa yang tidak dapat dipertahankan, untuk memperoleh apa yang tidak dapat hilang.

Maknanya:

"What he cannot keep" = Segala hal duniawi: harta, popularitas, bahkan hidup kita sendiri. Semua itu tidak bisa dipertahankan selamanya.

"What he cannot lose" = Kehidupan kekal, keselamatan, kasih Tuhan, tujuan ilahi — sesuatu yang kekal dan tidak bisa dirampas.

Jadi, orang yang rela melepaskan hal-hal duniawi demi memperoleh hal-hal kekal bukanlah orang bodoh, melainkan orang bijak.

Pengorbanan terbesar bukan soal kehilangan, tapi tentang kepercayaan kepada sesuatu yang lebih besar.

Penyerahan dalam iman bukanlah kehilangan, tetapi penukaran ilahi—kita memberi sesuatu yang fana untuk mendapatkan yang kekal.

Ilustrasi:
Seorang anak kecil memegang erat kotak berisi batu dan manik-manik. Sang ayah memintanya untuk menyerahkan kotak itu karena ingin memberi kotak emas berisi permata sungguhan. Namun sang anak takut kehilangan.

Ketika ia akhirnya menyerah, barulah ia mengerti: yang ia pikir berharga hanyalah bayangan dari sesuatu yang jauh lebih besar.

πŸ“ Poin 3: Bergantung Berarti Percaya Bahwa Tuhan Akan Menyediakan Pada Waktu-Nya

πŸ“– "Allah akan menyediakan domba untuk korban bakaran itu, anakku."
— Kejadian 22:8

Kata "akan menyediakan" dalam bahasa Ibrani adalah:
"Yireh" (יראה) — akar dari nama YHWH Yireh
Artinya: Tuhan akan melihat lebih dahulu, lalu menyediakan.

Abraham belum melihat penyediaan itu, tetapi percaya lebih dulu. Abraham tidak tahu bagaimana, tapi ia percaya bahwa Tuhan akan menyatakan penyediaan-Nya.

Abraham mengenal karakter Allah-nya:
"Kalaupun aku tidak tahu detail rencana-Nya, aku tahu sifat-Nya.”
Yaitu: Setia, penuh kasih, dan tidak berubah. Maka ia tidak panik, hanya percaya.

George MΓΌller (pelayan panti asuhan yang hidup dengan iman) bersaksi:
"I trust in the living God who has never failed me."
Saya percaya pada Allah yang hidup, yang tak pernah mengecewakan saya.

πŸ“– Kejadian 22:14 – “Di atas gunung TUHAN akan disediakan.”

Tuhan mungkin terlambat menurut waktu kita, tapi Dia tidak pernah terlambat menurut waktu-Nya.

πŸ“ Poin 4 : Bergantung Membuka Jalan bagi Berkat yang Lebih Besar

πŸ“– "Karena engkau tidak segan-segan menyerahkan anakmu... Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah..."
— Kejadian 22:16–18

Abraham menerima janji yang melebihi hidupnya sendiri. Ini bukan hanya tentang berkat pribadi, tetapi berkat perjanjian untuk bangsa-bangsa.

Apa yang bisa dipelajari?

1. Ketergantungan Membuka Pewahyuan

Ketika kita taat sepenuhnya, kita memasuki dimensi penggenapan janji Tuhan.

πŸ“– Yeremia 33:3 – “Berserulah kepada-Ku... Aku akan memberitahukan hal-hal besar dan yang tidak terpahami.”

Watchman Nee:
"Penerimaan pewahyuan bukan dari pikiran yang kuat, tetapi dari hati yang tunduk."

2. Ketergantungan Menghasilkan Warisan Iman

Berkat yang Abraham terima diturunkan kepada Ishak, Yakub, hingga Kristus. Iman kita hari ini bisa membuka pintu bagi generasi sesudah kita.

πŸ“– Ibrani 11:12 – “Dari satu orang... terbitlah keturunan yang besar seperti bintang di langit.”

3. Ketergantungan Membentuk Karakter Kristus dalam Diri Kita

Melalui ujian iman, kita belajar bersandar bukan pada kekuatan sendiri, melainkan membiarkan karakter Kristus terbentuk dalam kelemahan kita.

πŸ“– 2 Korintus 12:9 – “Kekuatan-Ku menjadi sempurna dalam kelemahan.”

Corrie ten Boom:
"Kamu tidak akan pernah tahu bahwa Yesus adalah satu-satunya yang kamu butuhkan, sampai Yesus adalah satu-satunya yang kamu miliki."

Iman Abraham bukan soal tahu apa yang akan terjadi, tapi tahu siapa yang memegang kendali. Ia taat, karena ia percaya Tuhan akan menyediakan—tepat pada waktu-Nya.

Seperti kita duduk di kursi tanpa ragu karena yakin kekuatannya, Abraham pun bersandar penuh kepada Allah tanpa pertanyaan.
Iman seperti inilah yang menggerakkan kuasa Allah.

Hari ini, mungkin Tuhan sedang mengajakmu mendaki gunung ujian. Jangan gentar!
Tuhan yang menyediakan bagi Abraham, akan menyediakan juga bagimu.
Yakinlah:

Di puncak ketaatan, selalu ada penyediaan.

πŸ“– "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."
— Filipi 4:19

Soli Deo Gloria — Segala Kemuliaan hanya bagi Allah.

***Silahkan sahabat Kristus CMNC dapat men-sharingkan link renungan ini sekiranya dapat membangun iman gereja Tuhan lainnya, sebab semua hal ini hanya bagi kemuliaan Kristus saja. God bless you

Komentar