SIAPAKAH YESUS ?
Shalom, Puji nama Tuhan Yesus Kristus, bersyukur saudara-saudari yang terkasih CMNC's terus bertumbuh didalam pengenalan akan Allah yang benar melalui pengajaran dan kesaksian.
Penulis bersyukur karena kasih karunia Allah, kita ada sebagaimana kita ada sekarang, dan kasih karunia yang diberikannya kepada gerejaNya tidak sia-sia. Penulis berdoa: Biarlah bertambah-tambah iman dan kasih kepada Allah dan seorang akan yang lain, serta menguduskan pribadi gerejaNya seutuhnya sehingga roh, jiwa, tubuhnya terpelihara sempurna.
Tuhan melayakkan gerejaNya bagi panggilan Kristus dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendak gerejaNya untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman. Supaya dalam nama Yesus, Tuhan kita dimuliakan didalam gerejaNya dan gerejaNya di dalam Kristus, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.
Biarlah Tuhan memberikan Roh hikmat dan wahyu mengajarkan gerejaNya untuk mengenal Allah dengan benar. Hari ini bukalah hati dan pikiran gereja Tuhan untuk belajar tentang:
Hari ke-2: Allah adalah Firman yang Menjadi Manusia didalam rupa Yesus
Sebelum kita mulai belajar kembali, ada pertanyaan penting yang ditanyakan dengan pertanyaan sebagai berikut:
"Mengapa harus belajar doktrin secara ilmiah tentang Yesus Kristus, bukankah cukup hanya dengan iman?"
1. Pendahuluan: Firman yang Menyapa Dunia
"Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah... Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita." (Yoh. 1:1,14).
Inilah prolog Injil Yohanes yang bukan sekadar pembukaan, tetapi deklarasi agung bahwa Yesus Kristus adalah Pribadi Ilahi yang kekal dan kini hadir secara nyata dalam sejarah manusia. Tidak seperti kitab Injil lain yang dimulai dengan silsilah atau peristiwa kelahiran, Yohanes langsung mengangkat narasi ke ranah kekekalan, lalu menariknya ke dalam waktu, ke bumi tempat kita berpijak.
Komentar Teolog:
Craig S. Keener menjelaskan bahwa prolog Injil Yohanes merupakan salah satu bagian paling sarat makna dalam seluruh Perjanjian Baru. Istilah "Logos" secara sengaja dipilih untuk menjembatani antara dunia pemikiran Yahudi dan filsafat Yunani.
R.C. Sproul menekankan bahwa Yohanes menulis kepada audiens ganda — Yahudi dan non-Yahudi — dengan bahasa yang sarat makna teologis dan filosofis.
Konteks Historis:
Pada abad pertama, filsafat Yunani sangat memengaruhi budaya Mediterania. Sementara itu, umat Yahudi telah lama memahami "Firman" (Ibrani: Dabar) sebagai wahyu dan tindakan aktif Allah. Yohanes menggunakan istilah "Logos" untuk menunjukkan bahwa pribadi Yesus adalah penggenapan dari pengharapan dan pemikiran kedua budaya ini.
2. Logos: Makna bagi Yahudi dan Yunani
Dalam dunia Yahudi, Firman Allah dipandang sebagai alat kuasa ilahi dalam penciptaan dan penyataan. Dalam kitab Kejadian, segala sesuatu diciptakan oleh Firman-Nya: "Berfirmanlah Allah..." Dalam Mazmur 33:6 (TB) Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.
Bagi orang Yunani, Logos adalah prinsip rasional yang mengatur alam semesta, suatu entitas impersonal yang menjadi dasar keteraturan kosmik (Stoisisme). Namun, Yohanes memberi kejutan teologis: Logos bukan hanya prinsip — Logos adalah Pribadi.
Komentar Teolog:
N.T. Wright menyatakan bahwa Yohanes membawa pembacanya pada pengakuan yang mendalam bahwa Allah Israel telah menjadi manusia di dalam Yesus.
Leon Morris menyoroti bahwa Yohanes tidak sekadar memakai istilah Yunani, tetapi mengisi ulang maknanya secara radikal dengan Kristologi yang mendalam.
Dalam kajian teks Yunani, kata "logos" digunakan lebih dari 330 kali dalam Perjanjian Baru, menunjukkan sentralitas Firman dalam pewahyuan ilahi.
Analisis patristik dari abad ke-2 hingga ke-5 menunjukkan bahwa konsili-konsili awal, seperti Konsili Nikea (325 M) dan Kalsedon (451 M), memakai konsep "Logos" sebagai dasar Kristologi.
3. Inkarnasi: Allah Menjadi Manusia
Inkarnasi berarti "menjadi daging" — Allah masuk ke dalam kemanusiaan tanpa kehilangan keilahian-Nya. Ini adalah misteri terdalam dalam iman Kristen: Allah yang tidak terbatas memilih dibatasi oleh tubuh manusia.
Yesus bukanlah sekadar manusia luar biasa. Ia adalah Allah sejati dan manusia sejati. Dengan menjadi manusia, Ia turut serta dalam penderitaan manusia, sekaligus menyatakan kasih Allah secara langsung dan utuh.
Komentar Teolog:
J.I. Packer menyebut inkarnasi sebagai "mukjizat terbesar" dalam kekristenan — melebihi penciptaan, melebihi kebangkitan — karena ia adalah dasar dari segalanya.
Karl Barth menegaskan bahwa hanya melalui inkarnasi kita mengenal Allah sebagai Bapa, karena Ia menyatakan diri melalui Anak-Nya.
Perspektif Yahudi:
Bagi sebagian besar teolog dan komunitas Yahudi rabinik, gagasan bahwa Allah dapat menjadi manusia adalah sebuah konsep yang tidak dapat diterima secara teologis. Dalam Yudaisme, Allah adalah transenden dan tidak berubah (Maleakhi 3:6).
Maleakhi 3:6 (TB) Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.
Inkarnasi dianggap sebagai pelanggaran terhadap monoteisme murni. Namun demikian, muncul perbedaan di kalangan komunitas Yahudi Mesianik yang melihat Yesus sebagai penggenapan nubuat-nubuat Perjanjian Lama, termasuk mengenai sosok Anak Manusia dalam Daniel 7 dan Hamba Tuhan dalam Yesaya 53.
Survei Pew Research (2020) menunjukkan hanya 31% orang Eropa Barat percaya bahwa Yesus adalah Allah.
Data dari Barna Group (2023) menunjukkan peningkatan komunitas Yahudi Mesianik di seluruh dunia, mencapai 350.000 orang — sebuah pertumbuhan signifikan dalam pengakuan terhadap inkarnasi Kristus.
4. Respons Dunia: Menerima atau Menolak?
Inkarnasi menuai berbagai respons. Pada abad pertama, sebagian besar pemuka Yahudi menolak klaim Yesus sebagai Allah. Mereka menganggap-Nya menghujat karena menyamakan diri dengan Allah (Yoh. 10:33).
Namun, penggenapan nubuat-nubuat seperti Yesaya 7:14 dan Mikha 5:2 memperlihatkan bahwa Mesias yang dinantikan memang akan berasal dari kekekalan dan dilahirkan oleh perawan.
Komentar Historis:
Flavius Yosefus, sejarawan Yahudi abad pertama, mencatat bahwa Yesus dikenal sebagai orang bijak, pelaku mukjizat, dan yang disebut Mesias oleh banyak orang (Testimonium Flavianum).
Tertulianus menulis pada abad ke-2 bahwa tubuh manusia Yesus adalah "pakaian" dari keilahian yang sejati — nyata dan tidak semu.
Bukti Kualitatif:
Naskah-naskah Perjanjian Baru (lebih dari 5.000 salinan Yunani) menyatakan kesatuan suara dari gereja mula-mula tentang keilahian Kristus.
Arkeologi dan sumber sekuler Romawi seperti Tacitus dan Plinius Muda mengonfirmasi keberadaan Yesus dan komunitas pengikut-Nya yang mengakui Dia sebagai Allah.
5. Makna Inkarnasi Bagi Kita
Inkarnasi berarti Allah tidak menunggu manusia naik kepada-Nya — melainkan Ia turun kepada kita. Melalui Yesus, Allah masuk ke dalam sejarah, menderita bersama umat manusia, dan menunjukkan jalan keselamatan yang pasti.
Yesus adalah Allah yang dapat disentuh, disalibkan, dan dibangkitkan. Ia bukan Allah yang jauh, tapi Allah yang dekat.
Dietrich Bonhoeffer: "Allah yang tidak menderita bersama kita bukanlah Allah yang layak disembah."
Timothy Keller: "Dalam Yesus, kita tidak menemukan filosofi, tetapi Pribadi yang datang untuk menyelamatkan."
Inkarnasi adalah undangan untuk mempercayai, mengalami, dan mencerminkan Kristus dalam hidup sehari-hari.
Yesus sebagai Logos yang berinkarnasi adalah pusat iman Kristen. Firman yang kekal kini hadir di dalam kita melalui Roh-Nya. Ia bukan hanya pengajar, tetapi terang sejati bagi dunia gelap ini.
Refleksi:
Apakah saya telah mengenal Yesus sebagai Firman yang hidup, bukan sekadar tokoh sejarah?
Apakah saya percaya bahwa Allah sungguh hadir dan tinggal di dalam hidup saya?
Bagaimana saya menanggapi undangan kasih Allah yang telah turun menyapa?
Referensi:
Alkitab Terjemahan Baru (LAI)
Craig S. Keener – The Gospel of John: A Commentary
C.S. Lewis – Mere Christianity
R.C. Sproul – The Glory of Christ
N.T. Wright – Jesus and the Victory of God
J.I. Packer – Knowing God
Karl Barth – Church Dogmatics
Pew Research (2020) – Religious Views in Western Europe
Barna Group (2023) – Messianic Jewish Study
Bonhoeffer – Letters and Papers from Prison
Timothy Keller – The Reason for God
Yosefus – Antiquities of the Jews (Book XVIII)
Tertullian – On the Flesh of Christ
Komentar
Posting Komentar
FORM DOA