Membangun Pelayanan yang Dimulai dari Rumah Tangga
1 Timotius 5:8 (TB) Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.
Ulangan 6:6-7 (TB) Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Shalom, Puji nama Tuhan Yesus Kristus, bersyukur saudara-saudari yang terkasih CMNC's terus bertumbuh didalam pengenalan akan Allah yang benar melalui pengajaran dan kesaksian.
Penulis bersyukur karena kasih karunia Allah, kita ada sebagaimana kita ada sekarang, dan kasih karunia yang diberikannya kepada gerejaNya tidak sia-sia. Penulis berdoa: Biarlah bertambah-tambah iman dan kasih kepada Allah dan seorang akan yang lain, serta menguduskan pribadi gerejaNya seutuhnya dan roh, jiwa, tubuhnya terpelihara sempurna.
Tuhan melayakkan gerejaNya bagi panggilan Kristus dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendak gerejaNya untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan iman. Supaya dalam nama Yesus, Tuhan kita dimuliakan didalam gerejaNya dan gerejaNya di dalam Kristus, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.
Biarlah Tuhan memberikan Roh hikmat dan wahyu mengajarkan gerejaNya untuk mengenal Allah dengan benar. Hari ini bukalah hati dan pikiran gereja Tuhan untuk belajar tentang:
Iman yang sejati dimulai dari meja makan, bukan dari panggung pelayanan.
Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan,
Kita hidup di zaman yang serba cepat dan penuh tekanan. Banyak dari kita berjuang keras untuk mencukupi kebutuhan, mengejar karier, membangun bisnis, dan mengamankan masa depan. Tapi di tengah semua itu, mari kita berhenti sejenak dan bertanya: Apakah aku sudah benar-benar hadir bagi keluargaku?
Sukses yang sejati bukanlah dikenal banyak orang, tetapi dikenal dan dihargai di rumah sendiri. Dunia boleh memuji kita, tetapi jika keluarga kita terluka dan iman anak-anak kita hancur—itu bukan keberhasilan, itu kegagalan yang menyakitkan.
Ayat hari ini menyampaikan teguran yang sangat serius. Bahkan sangat keras: seseorang yang tidak memelihara keluarganya disebut lebih buruk dari orang yang tidak beriman.
I. PRIORITASKAN KELUARGA ADALAH PERINTAH TUHAN
Dalam 1 Timotius 5:8 – Tanggung jawab utama seorang percaya
> “...lebih buruk dari orang yang tidak beriman.”
προνοεῖ (pronoei)
Bentuk dari kata kerja pronoeō, yang berarti:
- memperhatikan
- merencanakan ke depan
- mengurus dengan bijaksana
- memenuhi kebutuhan
- mengambil tanggung jawab penuh atas kesejahteraan seseorang
Kata "memelihara" dalam konteks 1 Timotius 5:8 berarti bertindak aktif untuk mencukupi, merawat, dan mengasihi anggota keluarga, dengan sikap penuh kasih dan tanggung jawab, sebagai bagian dari iman Kristen yang sejati.
Kata ini mengandung arti perhatian aktif dan konsisten — bukan hanya memberi uang atau makanan sesekali, tapi hadir secara nyata dan terlibat penuh dalam kesejahteraan keluarga, termasuk aspek:
- Finansial
- Emosional
- Rohani
- Moral
Teguran keras dari Paulus ini menegaskan bahwa menyediakan waktu, perhatian, dan kasih kepada keluarga bukan opsional, tetapi esensial bagi orang percaya.
Apa dampak buruk ketika mengabaikan hal ini?
😢 Keluarga retak : Tanpa pemeliharaan, keluarga jadi asing dan hancur secara perlahan
🔕 Anak jauh dari iman : Tanpa teladan dan pengajaran rohani, anak mencari jawaban di dunia
🧱 Hati menjadi tumpul : Ketika melalaikan yang utama, hati jadi tumpul terhadap suara Tuhan
❌ Kesaksian rusak : Dunia melihat inkonsistensi antara pengakuan iman dan kehidupan nyata
❓ Pertanyaan Refleksi:
- Apakah keluarga saya merasa saya benar-benar hadir—secara fisik dan emosional?
- Apakah saya lebih mudah berkata “ya” untuk dunia, tetapi “nanti” untuk rumah?
Matthew Henry:
“Yang tidak memelihara keluarganya menunjukkan bahwa kasih Kristus belum mengubah hatinya.”
T.D Jakes
“Tuhan tidak memanggil kita untuk membangun pelayanan yang megah di atas reruntuhan keluarga.”
James Dobson:
“Jika kita gagal di rumah, maka kita gagal di tempat yang paling penting.”
Keluarga adalah Amanat Ilahi Pertama
Sebelum ada komunitas gereja, pelayanan, atau bangsa — Tuhan menciptakan keluarga (Kejadian 2:18–24).
Jack Hayford :
“Kita tidak bisa menggantikan pelayanan rumah tangga dengan pelayanan mimbar.”
“Kita tidak bisa menggantikan pelayanan rumah tangga dengan pelayanan mimbar.”
Banyak orang tua bekerja keras demi anak, tapi tidak hadir secara emosional dan rohani. Hasilnya: anak-anak kehilangan arah, merasa tidak dicintai, dan berpaling dari Tuhan.
“Anak-anakmu mungkin akan melupakan kata-katamu, tetapi mereka tidak akan lupa bagaimana perasaan mereka ketika bersamamu.” — Stormie Omartian
Mari kita berhenti menukar kehadiran kita sebagai orangtua dengan prestasi duniawi. Tuhan memanggil kita untuk membangun mezbah rohani di dalam rumah kita lebih dulu, karena dari situlah pelayanan sejati lahir.
Rumah Adalah Tempat Iman Ditumbuhkan
Allah memerintahkan agar firman-Nya diajarkan berulang-ulang di rumah. Ulangan 6:6–7 bukan hanya untuk bangsa Israel, tapi juga untuk kita hari ini. Anak-anak belajar lebih banyak dari kehidupan kita sehari-hari daripada dari kotbah kita.
Ulangan 6:6-7 menegaskan bahwa tanggung jawab orang tua adalah mengajarkan firman Tuhan setiap hari kepada anak-anak, bukan menyerahkannya sepenuhnya kepada komunitas gereja.
Refleksi pertanyaan:
- Kapan terakhir kali saya membaca Alkitab bersama keluarga?
- Apakah rumah saya menjadi tempat hadirat Tuhan nyata?
Stormie Omartian:
“Doa orang tua adalah senjata yang membentuk masa depan anak-anak mereka.”
James Dobson (dalam Bringing Up Boys):
“Waktu yang kita investasikan dalam anak-anak kita akan menentukan fondasi moral mereka seumur hidup.”
William Barclay:
“Iman yang diajarkan tanpa teladan di rumah hanya akan menjadi rutinitas kosong.”
Orang tua bisa mengajarkan banyak hal tentang Tuhan kepada anak-anak mereka, tetapi jika hidup mereka (orangtua) tidak mencerminkan kasih, kesabaran, dan integritas, maka ajaran itu akan terasa hampa dan tidak punya pengaruh.
📍 Ilustrasi praktis:
Seorang ayah yang rajin ke gereja, tetapi marah-marah di rumah, kasar ke istri dan cuek ke anak-anak, sedang membatalkan kesaksian imannya lewat perbuatannya sendiri.
Anak-anak tidak hanya belajar dari kata-kata; mereka belajar dari sikap dan perilaku sehari-hari.
Ada tertulis:
Yakobus 1:22 (TB) Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.
Iman yang kuat bukan hanya tampak di gereja, tetapi dibuktikan di meja makan, di ruang tamu, dan di waktu susah.
Pertanyaan lain:
“Bagaimana jika semuanya sudah terlanjur berantakan di keluarga saya?”
I. Terbuka dan mengakui kesalahan.
Ketika kita menyadari bahwa keluarga kita berantakan karena kelalaian, kesibukan, atau dosa, kita tidak perlu lari dari Tuhan — justru saat itulah kita datang dengan hancur hati.
Sudahkah saya mengakui dengan jujur bahwa saya telah gagal sebagai pemimpin/ayah/ibu/anak?
Sudahkah saya berhenti menyalahkan dan mulai bertobat?
“Titik balik dalam setiap keluarga bukanlah saat semua sempurna, tapi saat satu orang mulai bertobat.” — Stormie Omartian.
II. Next Step... Serahkan ke Tuhan Yesus Kristus.
Mazmur 147:3 (TB) Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;
Tuhan memahami setiap kelemahan saudara terkasih di dalam Kristus. Yesus sanggup menyembuhkan mereka yang patah hati dan mahir dalam membalut luka-luka saudara.
Tuhan bukan hanya Allah yang memberi perintah, tetapi Allah yang memulihkan reruntuhan.
Sebagaimana Dia memulihkan keluarga Daud yang rusak oleh dosa, Tuhan bisa mengerjakan hal yang sama pada kita.
III. Memulai dari hal yang kecil dan sederhana untuk dilakukan.
Lukas 16:10 (TB) "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Pemulihan tidak selalu datang lewat mujizat seketika, tapi lewat langkah kecil yang terus-menerus:
- Mengucapkan maaf
- Mulai doa keluarga.
- Mendengarkan tanpa menyela.
- Menghabiskan waktu tanpa layar.
- Rencanakan momen sederhana bersama keluarga (makan, doa malam, pelukan)
IV. Melibatkan Roh Kudus Untuk Membangun Harapan Baru.
Zakharia 4:6 (TB) Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.
Kita mungkin merasa tidak mampu memperbaiki apa yang sudah hancur. Tapi pemulihan keluarga bukan hasil usaha sendiri, melainkan karena campur tangan Roh Kudus. Libatkan dan mintalah Roh Kudus:
- Memberi kita hati yang lembut
- Membukakan komunikasi
- Menyatukan hati yang terpecah
Selama masih ada nafas, masih ada kesempatan.
Tuhan tidak menuntut masa lalu yang sempurna, tapi hati yang mau dibentuk hari ini.
Yeremia 29:11 (TB) Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
“Apa pun latar belakangmu, Tuhan bisa menulis cerita baru — mulai dari ruang keluargamu.” — Jack Hayford
Tuhan tidak mencari keluarga yang sempurna—Dia mencari hati yang mau bertobat dan dibentuk kembali. Tidak ada keluarga yang terlalu rusak untuk dipulihkan oleh Tuhan. Tidak peduli seberapa hancurnya hari kemarin, bersama Tuhan, selalu ada harapan untuk membangun kembali hari ini. Mulailah sekarang, dari rumahmu sendiri. Tuhan Yesus Kristus memberkati. Amin 🙏.
***Silahkan sahabat Kristus CMNC dapat men-sharingkan link renungan ini sekiranya dapat membangun iman gereja Tuhan lainnya, sebab semua hal ini hanya bagi kemuliaan Kristus saja. God bless you.
Komentar
Posting Komentar
FORM DOA